Senin, 27 Desember 2010

GUNUNG KINABALU

Gunung Kinabalu terletak di Sabah, Malaysia, dengan ketinggian 4,095 mdpl. Gunung ini merupakan gunung kelima tertinggi di Asia Tenggara.

Gunung Kinabalu terdiri atas 4 kawasan yaitu hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Gunung Kinabalu merupakan lambang kebesaran penduduk yang tinggal di Sabah. Penduduk Sabah menganggap Gunung Kinabalu dapat memberikan semangat juang dan persatuan mereka. Gunung Kinabalu banyak menyimpan cerita dan kisah-kisah misteri. Menurut kepercayaan masyarakat Kadazan Sabah, Gunung Kinabalu merupakan tempat bersemedinya jiwa mereka setelah meninggal dunia.

PEMBENTUKAN

Gunung Kinabalu terbentuk dari tumbukan litosfera Laut China Selatan dan litosfera yang membentuk pulau kalimantan. Litosfera adalah bagian paling atas permukaan kerak bumi. Dalam tumbukan itu, litosfera Laut Cina Selatan semakin tenggelam ke bawah permukaan bumi dan memberi tekanan kepada litosfera yang membentuk kalimantan.

Tekanan itu mendorong bongkahan Gunung Kinabalu yang terletak di bawah permukaan bumi naik ke atas permukaan bumi. Dorongan itu menyebabkan Gunung Kinabalu bertambah tingginya 5 mm/tahun dan hal ini tidak dapat dilihat dengan kasat mata

Tinggi Gunung Kinabalu dulu diduga lebih tinggi dari tinggi yang sekarang yaitu antara lima hingga delapan kilometer (km). Tetapi kikisan yang terjadi selama jutaan tahun, menyebabkan tinggi Gunung Kinabalu hanya tinggal 4,094 meter kini. Ciri fisik

Gunung Kinabalu dilihat dari lereng bukit.
Permukaan asal Gunung Kinabalu terdiri dari batuan sedimen yang terpecah karena kikisan selama 8 hingga 12 juta tahun. kikisan yang terus menerus itu akhirnya mennyebabkan batuan beku menjadi lebih kuat.

Semua puncak tinggi di dunia ditutupi es tebal pada waktu kuartenar atau zaman air batu yang terjadi kurang lebih satu juta tahun yang lalu termasuk Gunung Kinabalu yang ketika itu sama tingginya dengan gunung-gunung di Pegunungan Himalaya. Ketika itu puncak Kinabalu diselubungi es dan terjadi pencairan glasier. Pencairan glasier itu dapat dilihat di kawasan Pinusok Gravel yaitu sebuah tempat yang terletak di antara Kundasang dan Ranau.

Rute Pendakian

Sesuai peraturan mengenai taman nasional, pendaki Gunung Kinabalu harus didampingi pemandu. Ada dua titik awal pendakian, yakni Timpohon Gate (letaknya 5,5 km dari Kantor Kinabalu Park, pada ketinggian 1.886 m) dan Mesilau Nature Resort.

Letak Mesilau Nature Resort sedikit lebih tinggi, tetapi melewati sebuah punggung bukit sehingga menambah jarak tempuh sekitar dua kilometer. Rute Timpohon Gate dan Mesialu Nature Resort bertemu sekitar dua kilometer sebelum Laban Rata.

Akomodasi tersedia di dalam kawasan taman nasional maupun di dekat Kantor Kinabalu Park. Dari sini pendaki menuju Timpohon Gate, yang berada di ketinggian 1.866 m, baik dengan berjalan kaki ataupun naik minibus. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Laban Rata Resthouse, yang berada di ketinggian 3.270 m.

Biasanya, pendaki menyelesaikan bagian pendakian dari Timpohon Gate ke Laban Rata dalam waktu 3 hingga 6 jam. Karena tidak ada jalan, bahan baku dan bahan bakar untuk Laban Rata Resthouse harus dibawa oleh porter, yang mampu membawa 30 kilogram barang di punggung. Makanan dan minuman panas, shower air panas, dan ruangan berpenghangat tersedia di Laban Rata.

Laban Rata menuju Low’s Peak berjarak 2 kilometer. Waktu tempuhnya antara 2 hingga 4 jam. Rute terakhir ini berupa gugusan granit. Di sini sudah tidak ada tumbuhan sehingga tidak ada pelindung dari terpaan angin.

Dari kaki bukit batu granit, jalur pendakian ke puncak Kinabalu diamankan dengan tali. Pendaki yang akan naik maupun turun harus melewati tali tersebut. Karena banyaknya pendaki, pada beberapa bagian sering terjadi antrean untuk menggunakan tali.

Terdapat dua pillihan rute mendaki Kinabalu. Pertama rute Summit dan rute Mesilau. Rute Summit paling banyak dipilih wisatawan karena jaraknya pendakian empat kilometer lebih pendek. Menggunakan rute Summit, pendakian akan dimulai dari gerbang Timpohon (ketinggian 1.866 meter). Dari titik ini, dalam kondisi fisik pendaki yang fit, dan dengan cara berjalan santai, pendakian akan menghabiskan waktu lima sampai enam jam di hari pertama.

Trek pendakian mencapai puncak Kinabalu berupa jalan setapak dengan lebar sekitar satu meter. Ketika jalur pendakian mendadak terjal, jalur pendakian akan berupa anak tangga buatan yang derajat kemiringannya mencapai hampir 120 derajat. Anda dijamin tidak akan menemukan sampah atau bahkan puntung rokok sekalipun di jalur pendakian. Keasrian hutan sangat terjaga karena terdapat aturan keras larangan merokok dan membuang sampah sembarangan dengan denda hingga puluhan ringgit.

Hawa pegunungan yang sejuk mengakibatkan kelembaban udara yang tinggi dan itu berpengaruh pada licinnya jalan. Karenanya, pemandu selalu menyarankan para pendaki menggunakan sepatu dengan sol bergerigi. Uniknya, di gerbang Timpohon, penduduk setempat menjual sepatu hand made khusus mendaki. Sepatu produk lokal berbahan karet mereka labeli dengan nama adidas kampung. "Harganya tujuh ringgit," kata salah satu penjual sepatu.

Keragaman hayati tumbuhan yang tumbuh di kanan-kiri jalur pendakian nampaknya menjadi "barang jualan" pariwisata utama di Gunung Kinabalu. Semakin jauh jarak tempuh pendakian, semakin dapat kita temukan tanaman langka yang tumbuh di sekitar pegunungan. Spesies tanaman berkantong (pitcher plants) menjadi tanaman paling beranekaragam yang akan ditemukan para pendaki.

Terdapat beberapa pondok tempat pendaki beristirahat melepas lelah. Di ketinggian 1.981,7 meter pendaki akan sampai di Pondok Kandis. Di saat cerah, pemandangan jalan utama yang menghubungkan Kota Kinabalu dengan Taman Kinabalu dapat disaksikan dari pondok ini. Melanjutkan perjalanan hingga ketinggian 2.081,4 meter, kita akan singgah lagi di Pondok Ubah. Dari ketinggian inilah, spesies tanaman kantong khas Borneo mulai dijumpai. Salah satu spesies khas bernama nepenthes lowii -- di negara kita disebut kantong semar -- banyak terlihat.

Beberapa hostel tempat bermalam para pendaki tersedia di jalur setelah Pondok Paka. Salah satu hostel bernama Laban Rata, adalah hostel ternyaman yang dilengkapi fasilitas air bersih, listrik, restoran, dan toilet. "Bermalam di sini sekitar dua hingga tiga jam, sebelum kita mengejar sunrise yang bisa dilihat dari puncak gunung," kata Bobby Aislee, pemandu dari Sabah Tourism Board.

Setelah memulihkan kondisi fisik di hostel, kebanyakan pendaki memulai pendakian tahap akhir menuju puncak sekitar pukul 03.00 dinihari. Hitungannya, setelah tiga jam etape terkahir pendakian, pendaki akan mencapai puncak pukul 06.00 untuk melihat matahari terbit (sunrise). Dalam cuaca yang cerah, fajar terlihat menyapu malam dari puncak Kinabalu. Secara perlahan, gumpalan awan akan terlihat muncul mengelilingi gunung tempat pendaki berpijak. Sabah pun dapat kita saksikan sejauh mata memandang saat matahari menyinari penuh permukaan bumi.

Minggu, 26 Desember 2010

GUNUNG KRAKATAU

Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Selat Sunda

Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.

Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.

Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.

Gunung Krakatau Purba

Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik.

Catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya antara lain menyatakan:
“ Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera ”

Pakar geologi Berend George Escher dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks tersebut disebut Gunung Batuwara. Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut, tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer.

Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. Letusan gunung ini disinyalir bertanggung- jawab atas terjadinya abad kegelapan di muka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi.

Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabia Selatan, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.

Munculnya Gunung Krakatau
Perkembangan Gunung Krakatau

Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Krakatau (atau Gunung Rakata) yang terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.

Gunung Krakatau pernah meletus pada tahun 1680 menghasilkan lava andesitik asam. Lalu pada tahun 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883.

Erupsi 1883
Sebuah litografi yang dibuat pada tahun 1888 yang menggambarkan Gunung Krakatau pada kejadian Erupsi 1883.

Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, meledaklah gunung itu. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.

Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Anak Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.

Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.

Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.

Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak (Serang) hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.

Anak Krakatau
Anak Krakatau, dua tahun sejak awal terbentuknya. Foto diambil 12 atau 13 Mei 1929, koleksi Tropenmuseum.

Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki. Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 7.500 inci atau 500 kaki lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.

Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan ini akan terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan.
Anak Krakatau, Februari 2008

Menurut Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang, Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya. Anak Krakatau saat ini secara umum oleh masyarakat lebih dikenal dengan sebutan "Gunung Krakatau" juga, meskipun sesungguhnya adalah gunung baru yang tumbuh pasca letusan sebelumnya.

ALAS PURWO

Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa.

Tumbuhan khas dan endemik pada taman nasional ini yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). Tumbuhan lainnya adalah ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), keben (Barringtonia asiatica), dan 13 jenis bambu.

Taman Nasional Alas Purwo merupakan habitat dari beberapa satwa liar seperti lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus), banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan (Gallus gallus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), dan kucing bakau (Prionailurus bengalensis javanensis). Satwa langka dan dilindungi seperti penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu hijau (Chelonia mydas) biasanya sering mendarat di pantai Selatan taman nasional ini pada bulan Januari s/d September.


Pada periode bulan Oktober-Desember di Segoro Anakan dapat dilihat sekitar 16 jenis burung migran dari Australia diantaranya cekakak suci (Halcyon chloris/ Todirhampus sanctus), burung kirik-kirik laut (Merops philippinus), trinil pantai (Actitis hypoleucos), dan trinil semak (Tringa glareola).

Plengkung yang berada di sebelah Selatan Taman Nasional Alas Purwo telah dikenal oleh para perselancar tingkat dunia dengan sebutan G-Land. Sebutan G-land dapat diartikan, karena letak olahraga selancar air tersebut berada di Teluk Grajagan yang menyerupai huruf G. Ataupun letak Plengkung berada tidak jauh dari hamparan hutan hujan tropis yang terlihat selalu hijau (green-land). Plengkung termasuk empat lokasi terbaik di dunia untuk kegiatan berselancar dan dapat disejajarkan dengan lokasi surfing di Hawai, Australia, dan Afrika Selatan.
Menyelusuri pantai pasir putih dari Trianggulasi ke Plengkung akan menemukan daerah pasir gotri. Pasir tersebut bewarna kuning, berbentuk bulat dan berdiameter sekitar 2,5 mm.

Anak Lutung (Trachypithecus auratus)

Masyarakat sekitar taman nasional sarat dan kental dengan warna budaya “Blambangan”. Mereka sangat percaya bahwa Taman Nasional Alas Purwo merupakan tempat pemberhentian terakhir rakyat Majapahit yang menghindar dari serbuan kerajaan Mataram, dan meyakini bahwa di hutan taman nasional masih tersimpan Keris Pusaka Sumelang Gandring.

Oleh karena itu, tidaklah aneh apabila banyak orang-orang yang melakukan semedhi maupun mengadakan upacara religius di Goa Padepokan dan Goa Istana. Di sekitar pintu masuk taman nasional (Rowobendo) terdapat peninggalan sejarah berupa “Pura Agung” yang menjadi tempat upacara umat Hindu yaitu Pagerwesi. Upacara tersebut diadakan setiap jangka waktu 210 hari.

Taman nasional ini memiliki ragam obyek dan daya tarik wisata alam dan wisata budaya (sea, sand, sun, forest, wild animal, sport and culture) yang letaknya tidak begitu jauh satu sama lain.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Sadengan. Terletak 12 km (30 menit) dari pintu masuk Pasaranyar, merupakan padang pengembalaan satwa seperti banteng, kijang, rusa, kancil, babi hutan dan burung-burung.
Trianggulasi. Terletak 13 km dari pintu masuk Pasaranyar berupa pantai pasir putih dengan formasi hutan pantai untuk kegiatan wisata bahari dan berkemah.
Pantai Ngagelan. Terletak 7 km dari Trianggulasi untuk melihat beberapa jenis penyu mendarat untuk bertelur di pantai dan aktivitas penangkaran penyu.
Plengkung. Melihat perselancar profesional tingkat dunia yang sedang melakukan atraksi dan wisata penelusuran hutan.
Bedul Segoro Anak. Bersampan, berenang, ski air di danau dan pengamatan burung migran dari Australia.
Goa. Terdapat 40 buah tempat yang dapat disebut sebagai goa alam dan buatan antara lain Goa Jepang untuk melihat peninggalan dua buah meriam sepanjang 6 meter, Goa Istana, Goa Padepokan dan goa lainnya untuk wisata budaya dan wisata goa.

Cara pencapaian lokasi :
Banyuwangi-Pasaranyar 65 km, dan Pasaranyar-Trianggulasi 12 km menggunakan mobil. Trianggulasi-Plengkung, menyelusuri pantai sepanjang 10 km. Lokasi lainnya seperti Danau Segara Anak, Sadengan, Rowobendo dapat ditempuh berjalan kaki dari Trianggulasi.

banteng (Bos sondaicus)

Kantor: Jl. Achmad Yani 108 Banyuwangi 68416, Jawa Timur
Telp. : (0333) 410857; Fax. : (0333) 428675

Dinyatakan ----
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 283/Kpts-II/92,
seluas 43.420 hektar
Ditetapkan ----
Letak Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur

Temperatur udara 27° - 30° C
Curah hujan 1.000 - 1.500 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 - 322 meter dpl
Letak geografis 8°25’ - 8°47’ LS, 114°20’ - 114°36’ BT

Sabtu, 25 Desember 2010

GUNUNG BALURAN

Gunung Baluran terletak di tengah-tengah Taman Nasional Baluran. Taman Nasional Baluran terletak di ujung timur pulau Jawa tepatnya di kabupaten Situbondo. Bagian utara berbatasan dengan selat Madura dan bagian Timur berbatasan dengan selat Bali. Taman Nasional Baluran memiliki luas 25.000 hektar.
Gunung ini sudah tidak aktif lagi dengan dinding kawah yang memiliki ketinggian antara 900 hingga 1.247 m dpl membatasi kaldera yang luas dan dalamnya 600 meter. Ada dugaan di bagian timur yang lebih tinggi dari gunung ini telah meletus dan melemparkan batu-batu besar keluar. Bagian tengah pegunungan terbagi-bagi membentuk kaldera yang dalam dengan cerukan kawah yang memadat di dasarnya.

Lereng-lereng gunung dibelah oleh lembah yang dalam dibagian gunung yang tinggi dan diikuti jurang-jurang berbatu di bagian yang rendah. Jurang-jurang ini di musim penghujan akan menampung air, dan menjadi kering di musim kemarau.

Di sisi timur kawah terdapat daerah terbuka yang dalam dimana sungai kacip keluar dari gunung pada ketinggian 150 mdpl. Lereng gunung ditumbuhi hutan musim. Kebanyakan daerah yang lebih rendah adalah dataran dan sedikit bergelombang. Beberapa bukit mencuat diantaranya bukit Glengseran 124 mdpl, Bukit Begol 64 meter, dan bukit Priuk 211 meter.

Di sekitar gunung Baluran daerah rendah yang sedikit bergelombang diliputi padang savana dengan diselingi pepohonan, dan sedikit daerah yang ditumbuhi semak serta tanaman merambat. Sementara daerah pantai terdapat daerah karang terjal.

Pintu masuk Taman Nasional Baluran berada di Karangtekok dan Wonorejo. Untuk menuju Pesanggrahan di Kelor/Bama dapat menggunakan mobil dengan jarak sekitar 12 km dari pintu masuk Wonorejo.

Balai Taman Nasional Baluran
Jl. Raya Situbondo, Batangan, Wonorejo, Banyuputih Tel. (0333) 461650

Hutan jati seluas 5.000 ha tumbuh di sebelah barat. 422 jenis flora tumbuh di taman ini yakni gadung, kelor wono, bidara cina, kemplo, pilang, asam, walikukun, mimbo, kelampis, talok, kesambi, kemiri, gelingsem wungur, pancal kijang, talpat, klosot dan widoro.

Satwa penghuni taman diantaranya: banteng, rusa, kerbau liar, kijang, babi hutan, ajak, macan tutul, kucing bakau, kucing hutan, dan linsang. 147 jenis burung seperti walet ekor jarum, wili-wili, merak, ayam hutan, dan burung kepinis.
Jalan Raya Surabaya - Banyuwangi turun di Baluran 32 km sebelum kota Banyuwangi, masuk dari pintu Wonorejo atau Karangtekok.

* Pantai Pasir Putih

Selasa, 21 Desember 2010

GUNUNG WILIS

Gunung Wilis adalah sebuah gunung non-aktif yang terletak di Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Gunung Wilis memiliki ketinggian 2552 meter, serta puncaknya berada di perbatasan antara enam kabupaten yaitu Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, dan Trenggalek. Obyek wisata Gunung Wilis yang paling banyak adalah air terjun, namun belum begitu dikembangkan hingga saat ini. Daerah perbukitan Gunung Wilis pernah dilalui oleh Jendral Sudirman sebelum melakukan serangan sebelas maret ke Yogyakarta.

Untuk mendaki ke Gunung Wilis dari arah timur, pendakian dapat dimulai melalui Kabupaten Kediri tepatnya Kecamatan Mojo. Jalan menuju ke puncak gunung Wilis sudah dibangun memadai melalui Mojo. Sementara itu dari arah selatan Gunung Wilis dapat didaki dari Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Apabila ingin mencapai Gunung Wilis dari arah utara, pendakian dapat dimulai dari Kabupaten Nganjuk, sementara dari arah barat, pendakian dapat dimulai dari Kabupaten Ponorogo atau Kabupaten Madiun.

GUNUNG BATUR

Gunung Batur merupakan sebuah gunung berapi aktif di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia. Terletak di barat laut Gunung Agung, gunung ini memiliki kaldera berukuran 13,8 x 10 km dan merupakan salah satu yang terbesar dan terindah di dunia (van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m - 2152 m (puncak G. Abang). Di dalam kaldera I terbentuk kaldera II yang berbentuk melingkar dengan garis tengah lebih kurang 7 km. Dasar kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya sekitar 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya sekitar 22 km dan luasnya sekitar 16 km2 yang yang dinamakan Danau Batur. Kaldera Gunung Batur diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar, 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu.

Gunung Batur terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya, Batur I, Batur II dan Batur III.

Gunung Batur telah berkali-kali meletus. Kegiatan letusan G. Batur yang tercatat dalam sejarah dimulai sejak tahun 1804 dan letusan terakhir terjadi tahun 2000. Sejak tahun 1804 hingga 2005, Gunung Batur telah meletus sebanyak 26 kali[2] dan paling dahsyat terjadi tanggal 2 Agustus dan berakhir 21 September 1926. Letusan Gunung Batur itu membuat aliran lahar panas menimbun Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur.

Desa Batur yang baru, dibangun kembali di pinggir kaldera sebelah selatan Kintamani. Pura Ulun Danu dibangun kembali, hingga saat ini masih terkenal sebagai pura yang paling indah di Bali. Pura ini dipersembahkan untuk menghormati "Dewi Danu" yakni dewi penguasa air, seperti halnya pura yang terdapat di Danau Bratan juga dipersembahkan untuk memuja "Dewi Danu".Gunung Batur.
Danau Batur

Kawasan Gunung Batur terkenal sebagai obyek wisata andalan Kabupaten Bangli. Konon menurut cerita dalam Lontar Susana Bali, Gunung Batur merupakan puncak dari Gunung Mahameru yang dipindahkan Batara Pasupati untuik dijadikan Sthana Betari Danuh (istana Dewi Danu). Pada waktu tertentu, seluruh umat Hindu dari berbagai daerah di Bali datang ke Batur menghaturkan Suwinih untuk mengusir bencana hama yang menimpa ladang mereka. Dengan menghantarkan suminih ini maka kawasan gunung Batur menjadi daerah yang subur.

Daerah yang dapat ditonjolkan sebagai obyek wisata adalah kawah, kaldera dan danau. Terdapat aliran air dalam tanah yang mengalirkan air Danau Batur, yang muncul menjadi mata air di beberapa tempat di Bali dan dianggap sebagai "Tirta Suci"

Wisata budaya yang terdapat di kawasan Gunung Batur adalah Trunyan. Meskipun seluruh penduduk Trunyan beragama Hindu seperti umumnya masyarakat Bali, mereka menyatakan bahwa Hindu Trunyan merupakan Hindu asli warisan kerajaan Majapahit. Di sebelah utara Trunyan terdapat kuban, sebuah tempat makam desa, namun jenazah tidak dikuburkan atau dibakar, melainkan diletakkan di bawah pohon setelah dilakukan upacara kematian yang rumit. Tempat pemakamanan ini dipenuhi oleh tulang-tulang, dan bisa jadi kita menemukan mayat yang masih baru.

Batur merupakan salah satu dua dari dua gunung berapi aktif di Bali. Gunung berapi satunya, Gunung Agung, masih berada pada satu jajaran lurus dengan Batur. Namun berada pada dua kabupaten yang berbeda. Batur di Kabupaten Bangli, sementara Agung di Kabupaten Karang Asem. Keduanya terpisah jarak sekitar 80 kilometer.

Untuk mendaki Batur, sebenarnya ada empat jalur yang bisa dipilih.
Tetapi kebanyakan memulainya dari Pura Jati, salah satu pura terbesar di kawasan ini. Titik pendakian ini masuk dalam wilayah Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Jaraknya sekitar 78 kilometer dari Kota Denpasar, ibukota Bali.

Begitu memasuki kawasan Pura Jati, akan terlihat kantor Pos Pelayanan Pendakian Gunung Batur yang juga kantor The Association of Mt Batur Trekking Guide. Di sini para guide pendakian banyak berkumpul.

Kebanyakan orang mendaki Batur pada dinihari, sekitar pukul 03.00 Wib. Setelah mendaki sekitar dua jam, selanjutnya akan menunggu matahari terbit di puncak gunung. Rata-rata 50 orang setiap harinya berkumpul di puncak untuk mengikuti ritual menunggu sunrise itu. Akhir pekan, justru lebih ramai lagi.

Jalur Pendakian
Jalur pendakian sebenarnya tidak begitu membingungkan. Pedoman adalah jalan yang relatif lebih besar. Beberapa percabangan jalan umumnya merupakan jalur menuju perkampungan maupun pertanian warga. Namun tantangan sebenarnya, adalah lintasan yang terdiri dari pasir dan bebatuan. Batu-batu itu merupakan endapan lahar gunung yang telah membeku.

Mendaki pada pagi, sekitar pukul 09.00 Wib, panas sudah menyengat kepala. Topi dan kacamata hitam sangat membantu mengatasi terik matahari. Terkadang hembusan angin juga membawa serta debu yang kadang berputar membentuk seperti angin puyuh. Berputar sebentar lantas berpendar. Hilang.

Kalau pun tidak membawa minuman, sekitar 10 menit dari titik pendakian, dapat ditemukan sebuah warung. Setengah jam perjalanan lagi dari warung ini, akan ditemukan satu warung lainnya. Beragam minuman dan makanan ringan tersedia. Tetapi harga memang di atas rata-rata.

Seusai melewati warung kedua, tidak akan ada lagi pepohonan penahan panas. Hanya semak perdu dan sesekali pohon pinus setinggi dua meter yang berdiri tunggal. Berteduh di sini sebentar memang sangat disarankan. Untuk sekedar melepas lelah. Ambil kamera dan bidik keindahan Danau Batur dari ketinggian.

Danau menjadi demikian indah dengan komposisi Gunung Abang di belakangnya. Namun, kabut tipis sering kali menghalangi kejernihan pandangan ke arah danau. Usai istirahat sebenar

Tanjakan yang miring serta lintasan yang berpasir, memang cukup berat untuk dilewati. Tetapi berjalan perlahan dengan tetap berhati-hati, akan membawa kita ke pinggangan gunung. Dengan stamina yang normal, pinggangan gunung ini dapat ditempuh sekitar satu setengah jam saja dari titik pendakian.

Kawah

Pinggangan gunung ini merupakan tempat yang relatif datar. Ada tiga warung yang bisa didatangi untuk sekedar mengaso. Di sekitar pinggangan ini, dapat terlihat kawah Batur dengan diameter sekitar 400 meter. Kedalamannya tak kurang dari 100 meter. Turun melalui jalur curam ke dalam kawah, dapat ditemukan sumber air panas dan cekungan air tawar.

Dinding-dinding puncak cukup memikat. Paduan beragam warna yang akhirnya membentuk warna kehitaman. Dari sini dapat terlihat ada dua puncak. Di sebelah timur merupakan puncak sebenarnya yang ditandai dengan sebuah tiang kayu dengan bendera di ujungnya. Sementara di sebelah barat merupakan puncak satu lagi.

Mendaki ke puncak, jalanan menjadi lebih terjal. Kemiringan mencapai 70 derajat lebih. Pasir menjadi lebih dominan. Puncak itu sendiri berupa dataran seluas sekitar 10 meter persegi. Di bagian tertinggi, terpancang tiang bendera. Satu pura keluarga yang berupa tumpukan bebatuan, terlihat di sekitarnya.

Berdiri di puncak, mata dapat memandang luas. Di selatan merupakan kawasan Kintamani. Di sebelah timur terlihat Danau Batur, terus di belakangnya Gunung Abang dan Gunung Agung. Ketiganya membentuk titik paralel dari yang terendah, hingga tertinggi, yakni Gunung Batur yang terendah dengan ketinggian 1.771 meter dari permukaan laut (mdpl), kemudian Gunung Abang di ketinggian 2.152 mdpl, serta Gunung Agung yang berada pada ketinggian 3.142 mdpl, gunung tertinggi di Bali.

Jalur Turun

Jalan menuju pulang, sebaiknya menggunakan jalur yang berbeda. Selain untuk memperkaya pandangan, juga mengindari kebosanan. Baiknya memilih jalur menuju Desa Toyo Bungkah. merupakan bahasa setempat. Toyo airnya air dan bungkah berati batu. Jadi Toyo Bungkah berarti air yang mengalir dari celah-celah bebatuan. Desa ini persis di tepian Danau Batur.

Titik awal turun itu, peris di belakang warung yang berada di puncak. Jalurnya tidak terlalku ekstrim. Sepanjang perjalanan akan dapat ditemukan pohon perde eideilweis. Tumbuhan khas pegunungan yang bunganya tidak pernah layu. Jarak tempuh hingga perkampungan sekitar satu jam. Sekitar 20 menit menjelang sampai, akan dilewati hutan pinus.

Senin, 20 Desember 2010

GUNUNG GEDE PANGRANGO

Gunung Gede-Pangrango merupakan sebuah gunung yang berada di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung Gede berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980. Gunung ini berada di wilayah tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, dengan ketinggian 1.000 - 3.000 m. dpl, dan berada pada lintang 106°51' - 107°02' BT dan 64°1' - 65°1 LS. Suhu rata-rata di puncak gunung Gede 18 °C dan di malam hari suhu puncak berkisar 5 °C, dengan curah hujan rata-rata 3.600 mm/tahun. Gerbang utama menuju gunung ini adalah dari Cibodas dan Cipanas.











Gunung Gede diselimuti oleh hutan pegunungan, yang mencakup zona-zona submontana, montana, hingga ke subalpin di sekitar puncaknya. Hutan pegunungan di kawasan ini merupakan salah satu yang paling kaya jenis flora di Indonesia, bahkan di kawasan Malesia.


JALUR CIBODAS

Dari arah Jawa/Bandung naik Bis jurusan Jakarta atau Bogor yg lewat puncak
Turun di pertigaan Cibodas, lalu naik angkot ke Cibodas.

Pos Penjagaan – Telaga Biru = 20 menit
Telaga Biru – Pos Panyancangan = 30 menit
Pos Panyancangan – Air Panas / Pemandangan = 2 jam
Air Panas – Kandang Batu = 20 menit
Kandang Batu – Kandang Badak = 1 – 1,5 jam

Dari kandang badak ada 2 puncak yg bisa dituju
a. Kandang Badak – Puncak Gede = 1,5 – 2 jam
b. Kandang Badak – Puncak Pangrango = 2 – 3 jam

Puncak Gede – Alun-alun Suryakencana = 30 menit
Alun-alun – Pos Penjagaan Putri = 3 – 4 jam (Turun lewat Jalur Putri)

NB = Air sepanjang Jalur Cibodas sangat berlimpah. Terakhir dpt ditemui di Kandang Badak.

JALUR PUTRI

Dari arah Jawa/Bandung naik Bis jurusan Jakarta atau Bogor yg lewat puncak
Turun di Pasar Cipanas, lalu naik angkot ke Putri.

Pos Penjagaan – Buntut Lutung = 1 jam
Buntut Lutung – Alun-alun Suryakencana = 3 – 4 jam.
Alun-Alun Suryakencana – Puncak Gede = 1 – 1,5 jam

NB = Air tidak sebanyak jalur Cibodas, hanya bisa ditemui dibawah, dan di Alun-alun Suryakencana.

Catatan :

* Pendakian ke Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango saat ini harus dengan sistem booking, dimana para pendaki harus mencatatkan dirinya minimal 3 hari sebelum pendakian di Kantor TNGP Cibodas (utk semua jalur). Dengan persyaratan membayar karcis masuk disertai fotocopy ktp asli yang masih berlaku. Pendakian dilakukan minimal 3 orang dalam satu group.

GUNUNG DEMPO

Gunung Dempo (3159 mdpl) terletak di perbatasan propinsi Sumatera Selatan dan propinsi Bengkulu. Untuk mencapai desa terdekat, terlebih dahulu anda harus mencapai kota Pagar Alam, kurang lebih 7 jam perjalanan darat dari Palembang. Dari ibukota Sumatera Selatan ini tersedia banyak bus ke arah Pagar Alam. Atau apabila anda dari Jakarta, sebelumnya dapat menumpang bus jurusan Bengkulu atau Padang, dan turun di Lahat.

Kota Pagar Alam, memang sesuai dengan namanya, kota ini jelas dikelilingi oleh pegunungan Bukit Barisan dan yang tertinggi dari barisan tersebut adalah Gunung Dempo. Gunung ini sangat indah menjulang tegak menggapai langit nan biru apabila dilihat pada pagi hari.
Oleh karena itu sangat tepat bila bermalam dulu di kota ini, disini banyak tersedia losmen atau motel, berkisar Rp. 20.000 semalam. Budaya kota yang sudah berbaur dari berbagai suku baik pendatang maupun asli menciptakan kedamaian yang anda tidak peroleh di kota-kota besar.

Dari terminal Pagar Alam, terlebih dulu mencarter mobil/taksi untuk jurusan Pabrik Teh PTPN III yang jaraknya mencapai 15 km dari terminal. Di pabrik ini ada baiknya anda berkenalan dengan seseorang yang biasa dipanggil pak Anton, beliau termasuk yang dituakan oleh para pencinta alam seantero Sumsel-Lampung. Dengan meminta bantuannya, mobil carteran akan membawa anda ke desa terdekat dari kaki gunung Dempo, yang dapat memakan waktu lebih dari 20 menit, karena jalannya cukup terjal, berkelok dengan melewati hamparan kebun teh nan hijau.

Jalur menuju ke puncak gunung inipun sudah sangat jelas dan bahkan di hari-hari biasa pun banyak orang desa yang sengaja naik ke puncak baik itu untuk mencari kayu ataupun sekedar berhiking.

Meski gunung ini cukup tinggi, tetapi air jernih yang ada terdapat sampai setengah perjalanan ke gunung ini sehingga para pendaki tidak perlu khawatir kehabisan air minum selama perjalanan. Sebuah sungai kecil yang jernih, mengalir di perbatasan hutan pertanda kita mulai memasuki daerah hutan yang ditumbuhi dengan tumbuhan yang mirip seperti yang kita dapati di gunung Gede-Pangrango, yaitu hutan montana. Jalan setapak penuh dengan akar-akar yang melintang, kemiringan lereng sendiri cukup curam untuk memeras keringat. Tidak ada tanda-tanda khusus, keadaan hutan ini hampir homogen dan sangat hening.

Empat atau lima jam kemudian, kita akan memasuki daerah dengan vegetasi tumbuhan berpohon rendah dan semakin rendah, beberapa daerah agak terbuka, pandangan pun menjadi luas. Gunung Dempo memiliki dua puncak yang satunya bernama Puncak Api. Menjelang puncak pertama Dempo yang merupakan dataran masif, Puncak pertama ditumbuhi tanaman yang rendah mirip perdu. Dari puncak pertama ini kita turun kembali ke lembah yang diapit oleh puncak pertama dan puncak utama. Dilembah ini terdapat sebuah sumber mata air mengalir di sini. Hanya airnya yang jernih ini sedikit kecut rasanya, mungkin pengaruh rembesan belerang.

Pendakian kepuncak utama tidak terlalu sulit. Lerengnya terdiri dari kerikil dan batu-batu dengan kemitingan lereng sekitar 40°, cukup stabil untuk didaki. Puncak utama gunung Dempo (3158 m), Merupakan kawah gunung berapi yang masih bergejolak dengan diameter sekitar seratus meter persegi. Dinding kawah cukup terjal dan tidak mungkin bisa dituruni tanpa batuan tali temali. Pemandangan dari puncak cukup mengasyikan. Selain kawah yang memberikan kesan khusus, tampak juga terhamparan propinsi Bengkulu dengan Lautan Hindia dengan hamparan lembah yang sunyi dan hening. Perjalanan turun hanya memakan waktu dua jam. Bila kemalaman anda bisa menginap di Dusuun VI, dengan terlebih dahulu minta izin kepala keamanan di sana.

Jumat, 10 Desember 2010

GUNUNG LEUZER

Gunung Leuzer terletak diKabupaten di Propinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Langkat dan Kabupaten Karo. Pegunungan ini mempunyai tiga puncak terkenal dengan puncak tertingginya adalah Puncak Tanpa Nama 3455m dpl, Puncak Loser 3404m dpl, dan puncak Leuser 3143m dpl. Masih ada satu puncak lagi yaitu puncak Karang Putih atau penduduk setempat menyebutnya dengan sebutan Pucuk Aceh.

Secara spesifik kawasan taman nasional ini terdiri dari Suaka Margasatwa (SM) Kluit 20.000ha, SM Gunung Leuser 416.500 ha, SM Kappi 142.800 ha, SM Langkat Selatan 82.985 ha, SM Sikundur 60.000 ha, Taman Wisata (TW) Lawe Gura 9.200 ha, TW Sikundur 18.500ha, dan hutan lindung dan hutan produksi terbatas seluas 292.707 ha. Dan pada perkembangannya kawasan yang menjadi prioritas pelestarian dan perlindungan berkembang menjadi sekitar 1.790.000 ha yang dikenal dengan kawasan Ekosisem Leuser yang terletak pada 3-4º LU dan 97-98º BT, yang meliputi 100 km sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dan membentang dengan batas ketingian 0 – 3455m dari permungkaan laut. Dengan demikian ini menjadikan Taman Nasional Leuser merupakan taman nasional yang terbesar di Indonesia.
Dewasa ini ada dua rute pendakian menuju puncak Leuser yang pertama adalah dari utara tepatnya dari desa Kedah, ini adalah rute normal yang sering dipakai pendaki, dari desa Kedah ke puncak leuser membutuhkan waktu paling cepat 7 hari pendakian, sedangkan rute pendakian satu lagi dari arah selatan, rute ini jarang dipakai karena cukup jauh dan medannya lebih berat.
Perijinan harus di urus di Kedah, tapi biasanya bisa minta bantuan Guide untuk mengurusnya. Untuk pendakian gunung Leuser diharuskan untuk membawa Guide, dengan alasan faktor keamanan., persyaratan berupa surat jalan kepolisian daerah asal, dan organisasi asal serta Foto Copy KTP perlu disiapkan.
Untuk transportasi dari kota Medan ke Kedah dengan menggunakan mobil jenis L300 milik PO. Karsimana atau PO. BTN, kedua nya memiliki pool di jalan Bintang, jadwal keberangkatan tiap harinya adalah jam 19:00 WIB dan sampai di Kedah ke esokan harinya.


Jalur Pendakian Gunung Leuser

1.Kedah – Sinnebuk Green
Dusun Penosan, yang merupakan bagian dari desa Kedah adalah merupakan gerbang masuk
menuju puncak Leuser, di dusun kecil ini, tim mengawali perjalanan dari rumah Mr.jali menuju bungalows dengan melewati jalur setapak yang menyusuri ladang dan perkebunan warga kemudian turun kearah sungai kecil dan menyeberanginya, kemudian masuk ke hutan kawasan
Sinebuk Green, Sebagai sarana pendukung dari kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan taman nasional gunung leuser tersebut terdiri dari 5 buah bangunan berbentuk seperti bungalow dan satu buah bangunan gubuk sederhana. Dari 5 bungalow,1 bungalow memiliki ukuran yang lebih besar dari yang lain,bungalow ini dapat digunakan sebagai sarana istirahat bagi para pendaki, baik sebelum memulai pendakian maupun setelah selesai pendakian,vegetasi dijalur ini tidak terlalu rapat,lama waktu yang di butuhkan untuk mencapai bungalows kurang lebih 1 jam.

2.Sinnebuk Green – Tobacco Hut

Sinebuk Green bisa di katakan sebagai tempat untuk pematangan persiapan pendakian, dimana pematangan segala keperluan dan packingan sering di lakukan di sini, Jalur masih terlihat jelas dengan vegetasi yang tidak terlalu rapat. Jalur yang sedikit terjal di sini memberikan tantangan tersendiri. Selain itu, terdapat juga bagian jalur dimana kita mesti memipir sungai. Jalur di daerah sungai ini memang sedikit basah dan sedikit licin.
Di akhir jalur menuju Tobacco Hut, kita akan disambut oleh ladang-ladang yang cukup luas., Tim segera melanjutkan perjalanan menuju pos berikut nya adalah Tobacco Hut. Tabacco Hut ini dulu nya adalah sebuah areal perkebuanan teh namun telah dibakar dan dirusak selama terjadinya konflik Aceh silam. Disini terdapat sebuah pondok berbentuk panggung yang di gunakan oleh warga setempat sebagai tempat memotong tembakau dan pondok tersebut juga biasa dijadikan tempat beristirahat oleh para petani,penggembala dan para pendaki untuk melepas lelah. Tobacco Hut sendiri ditandai dengan adanya hamparan perkebunan tembakau milik warga, jalur pendakian berada agak ke kanan kemudian masuk kembali kedalam hutan mendaki punggungan Puncak Angkasan. Jalur setapaknya jelas dan terjal, di sini lah mental kita benar-benar di uji dan menguras tenaga di medan pendakian Leuser, tanjakan terjal tersebut sering disebut juga oleh penduduk setempat dengan tanjakan pantat, di karenakan sudut kemiringan jalur benar-benar terjal. Lama waktu yang dibutuhkan dari Sinebuk Green ke Tobacco Hut kurang lebih 4 jam.

3.Tobacco Hut – Simpang Angkasan
Setelah cukup lama bergulat dengan tanjakan pantat kita akan melewati track yang naik-turun punggungan kecil terbuka di awal jalur, kemudian kita akan melewati “pintu rimba” yang mengantarkan kita pada hutan rimba Leuser. Dari “pintu rimba” ke arah menuju Simpang Angkasan, setelah cukup lama mendaki kita akan sampai disebuah simpang jalan, kekiri menuju Puncak Angkasan. Disini juga terdapat genangan sumber air namun berwarna coklat tapi bisa untuk diminum. Lokasi ini sering dijadikan tempat bermalam oleh pendaki. Arealnya cukup menampung 3 buah tenda. Dari sini jalan setapak menuju Pucak Angkasan terus cukup jelas dan terus menanjak. Setelah cukup lama mendaki kemudian keadaan hutan akan cukup terbuka dan sampai pada sebuah dataran yang cukup luas yang dikenal dengan nama Camp I. Pada jalur terjal ini, jalur juga akan diramaikan oleh jejeran akar pepohonan yang cukup licin. Lama waktu yang dibutuhkan dari Tobacco Hut ke Simpang Angkasan kurang lebih 5 jam.
4.Simpang Angkasan – Camp I
Jalur terjal dari Simpang Angkasan masih sering dijumpai di sini, meskipun ada beberapa bagian jalur yang relatif landai. Jejeran lumut pegunungan yang mengeluarkan bau khas juga dapat kita jumpai di awal dan pertengahan jalur, dimana vegetasi di tempat itu lumayan rapat. Di akhir jalur, vegetasi yang sudah tidak terlalu rapat cukup memberikan pemandangan yang berbeda. Namun, jalur-jalur terjal justru banyak terdapat di akhir jalur ini. Camp I ini merupakan sebuah dataran terbuka yang cukup luas bisa menampung 10 tenda kapasitas 3 orang, di lokasi ini terdapat sumber air berupa genangan air. Akan tetapi hanya ada airnya dimusim hujan saja, jika musim kemarau tidak ada air disini. Jika para pendaki mulai mendaki dari Kedah pagi hari sekitar jam 7 dan bergerak secara konstan maka akan bisa mencapai Camp I ini pada sore hari sekitar jam 6. Dari lokasi ini jalan setapak masih terus menyusuri beberapa daerah punggungan yang terbuka dan sesekali harus menyelinap diantara rimbun dahan-dahan pohon. Setelah itu hingga sampai Puncak Angkasan kondisi medan pendakian akan terbuka jika cuaca cerah akan terlihat jelas Kuta Panjang dan desa Kedah. Lama waktu yang dibutuhkan dari Simpang Angkasan ke Camp I kurang lebih 3 jam.

5.Camp 1– Puncak Angkasan
Jalur cukup jelas dan vegetasi yang lumayan rapat membuat jalur ini sulit sekali mendapatkan sinar matahari secara langsung. Pemandangan lain dari jalur ini adalah banyaknya pohon-pohon melintang dan tentunya lumut-lumut pegunungan yang tumbuh di batang-batang pohon besar. Permulaan jalur masih berisikan jalur-jalur yang tertutup oleh rapatnya vegetasi. Setelah itu, memasuki bagian dimana kita mesti naik-turun punggungan tipis terbuka. Kehati-hatian sangat diperlukan ketika kita melewati bagian jalur ini, karena banyak bagian jalur yang hanya sedikit berjarak dengan jurang. Selain itu, ranting-ranting yang sering menutupi jalan sedikit menyulitkan kita untuk melalui jalur ini. Pucuk Angkasan adalah sebuah puncak gunung yang pertama kali harus dilewati oleh pendaki, dan dari Puncak Angkasan ini jika cuaca cerah para pendaki bisa melihat sosok puncak Leuser terlihat jauh membiru di arah selatan. Pucuk Angkasan ini juga sering dijadikan areal camp oleh para pendaki, agak terbuka dan cukup luas untuk empat sampai lima tenda, sumber air berada sedikit agak turun dari pucuk angkasan tepatnya disebuah padang rumput kecil yang banyak sekali ditumbuhi oleh kantong semar kecil-kecil aneka warna. Dari Puncak Angkasan jalur setapak menurun melewati padang rumput kecil tadi dan terus memipiri punggungan dan kemudian menanjak terus memipiri punggungan dan sampai di pos berikutnya yaitu Kayu Manis I. Lama waktu yang dibutuhkan dari Camp I ke Puncak Angkasan kurang lebih 4 jam.

6.Puncak Angkasan – Kayu Manis I
Permulaannya kita mesti menuruni sebuah punggungan yang tidak terlalu terjal. Kemudian, kita mesti kembali naik-turun punggungan hingga sampai ke Kayu Manis I. Pohon-pohon melintang, tertutupnya jalur akibat rapatnya vegetasi, dan lumut-lumut pegunungan juga mesih ada di jalur menuju Kayu Manis I ini.
Kayu Manis I merupakan tempat yang cukup nyaman bagi para pendaki untuk membangun camp. Tanahnya datar dan cukup untuk 2-3 buah tenda. Suhu di tempat ini yang lebih dingin dibandingkan tempat camp lainnya dan terbukanya pemandangan, semakin menambah kelebihan dari tempat ini. Sumber air di tempat ini berupa sebuah genangan air. dari sini puncak-puncak pegunungan Leuser jelas terlihat. Dari sini perjalanan terus memipiri punggungan dan menanjak naik, kemudian turun dan sampai di Kayu Manis II. Lama waktu yang dibutuhkan dari Puncak Angkasan ke Kayu Manis I kurang lebih 2 jam.

7.Kayu Manis I – Kayu Manis II
Permulaan jalur berisikan naik-turun punggungan dengan vegetasi yang lumayan rapat. Kemudian di akhir jalur, kita akan menjumpai ilalang-ilalang tinggi yang terkesan menutupi jalur. Akibatnya, jalur pun sedikit sulit untuk dilihat dan tidak sejelas jalur-jalur sebelumnya. Kayu Manis II ini lebih kecil dari kayu manis I dan biasanya dipakai pendaki untuk beristirahat sejenak karena letaknya yang tanggung antara Kayu Manis I dan Kayu manis II. Lama waktu yang dibutuhkan dari Kayu Manis 1 ke Kayu Manis 2 kurang lebih 2 jam

8.Kayu Manis II – Kayu Manis III
Selepas kayu manis II ini jalan setapak kembali menurun dan kemudian menanjak cukup tajam menuju puncak Kayu Manis III, Kayu Manis III itu sendiri berupa sebuah puncak bukit yang terbuka dan cukup luas menampung 5 tenda, sumber air tidak ditemukan di puncak ini. Pemandangan masih bisa lepas melihat puncak-puncak pegunungan Leuser. Dari sini kemudian jalan setapak menurun tajam, disarankan untuk ekstra hati-hati karena karena jalur yang dilewati licin dan di tumbuhi lumut, tumbuhan Rotan yang sering membuat kaki si pendaki tersandung dan terjatuh. kemudian memasuki hutan berlumut yang basah, dan pohon-pohon rubuh yang melintang di tengah jalan. Jalur track yang basah dan berhumus tebal terus menurun curam hingga sampai pada sebuah daerah lembah.

9.Kayu Manis III – Lintasan Badak
Jalur dari kayu manis III menuju Lintasan Badak masih tidak jauh berbeda dengan jalur-jalur pada umumnya. Naik-turun punggungan, pohon-pohon melintang, serta rapatnya vegetasi dengan lumut-lumut pegunungan yang tersebar di sepanjang jalur. Setelah melewati track yang menurun curam sampai ke dasar lembah disini terdapat pos yang disebut dengan Pos Lintasan Badak. Pos ini berada di sebelah kiri jalan setapak, lahan terbuka dan cukup lebar untuk dapsat memuat 3 hingga 4 tenda. Dilokasi terdapat sumber air genangan hasil rembesan dari pepohonan sekitarnya, ini menyebabkan air nya berwarna coklat namun bisa untuk diminum. Kemudian jalur setapak dari pos ini kembali menuntun kita memasuki hutan yang dikenal dengan sebutan hutan Papanji, di hutan ini menurut informasi populasi Harimau Sumatera masih cukup banyak dan sering terlihat, ada baiknya para pendaki berjalan berkelompok sewaktu melewati hutan ini. Keadaan jalan setapaknya menanjak dan hutannya lembab, banyak ditumbuhi oleh rotan berduri. Keadaan seperti ini terus berlangsung hingga sampai di Pos Papanji. Lama waktu yang dibutuhkan dari Kayu Manis III ke Lintasan Badak kurang lebih 2 jam

10.Lintasan Badak – Papanji
Selanjutnya perjalanan dari Lintasan Badak menuju Papanji, jalur di sini berisikan medan-medan yang cukup terjal. Naik-turun punggungan, rapatnya vegetasi, pohon-pohon melintang, dan lumut pegunungan juga masih akan terlihat di jalur ini. Yang perlu dicatat adalah adanya beberapa bagian dari jalur ini yang tidak terlihat dan beresiko menyesatkan. Pos Papanji ini berada persis di jalan setapak di dalam rapatnya hutan Papanji, sebuah dataran tanah yang kecil dan hanya bisa menampung 2 buah tenda. Di atas sedikit dari pos ini terdapat sebuah sumber genangan air. Sebaiknya mengambil air jangan diwaktu magrib dan pagi hari sekali karena menurut informasi jam-jam tersebut adalah jam nya Harimau Sumatera untuk minum. Dari pos Papanji ini jalur terus mendaki keadaan hutan masih rapat dan hingga sampai di derah puncak papanji jalan setapak berbelok kekiri dan kemudian memipiri punggungan menurun. Lama waktu yang dibutuhkan dari Lintasan Badak ke Papanji kurang lebih 3 jam.

11.Papanji – Blangbeke
Selanjutnya perjalanan dari Lintasan Badak menuju Papanji, Jalur di sini berisikan medan-medan yang cukup terjal. Naik-turun punggungan, rapatnya vegetasi, pohon-pohon melintang, dan lumut pegunungan juga masih akan terlihat di jalur ini. Yang perlu dicatat adalah adanya beberapa bagian dari jalur ini yang tidak terlihat dan beresiko menyesatkan. Pos Papanji ini berada persis di jalan setapak di dalam rapatnya hutan Papanji, sebuah dataran tanah yang kecil dan hanya bisa menampung 2 buah tenda. Di atas sedikit dari pos ini terdapat sebuah sumber genangan air. Sebaiknya mengambil air jangan diwaktu magrib dan pagi hari sekali karena menurut informasi jam-jam tersebut adalah jam nya Harimau Sumatera untuk minum. Dari pos Papanji ini jalur terus mendaki keadaan hutan masih rapat dan hingga sampai di derah puncak papanji jalan setapak berbelok kekiri dan kemudian memipiri punggungan menurun. Lama waktu yang dibutuhkan dari Lintasan Badak ke Papanji kurang lebih 3 jam.
Selanjutnya di lanjutkan perjalanan dari papanji menuju pos Blangbeke, Permulaan jalur masih berisikan naik-turun punggungan bervegetasi rapat. Sementara di akhir jalur menuju Blangbeke, kita akan menjumpai padang luas dengan batuan vulkaniknya yang ditumbuhi oleh rumput-rumput liar. Di jalur ini, kita akan menjumpai jejak-jejak harimau Sumatera yang ternyata gemar melewati jalur ini jalan setepak terus membelah padang rumput ini yang banyak dijumpai aneka vegetasi yang beraneka ragam. Pos Blangbeke atau ada yang menyebut dengan pos Padang Rumput ini berada persis ditengah padang rumput dengan pemandangan pegunungan leuser dan lembah sungai alas. Cukup luas untuk mendirikan beberapa tenda, ada sumber air yang merupakan sebuah lubang yang sengaja di gali. Kemungkinan juga pada musim kemarau sumber air ini akan hilang.

12.Blangbeke – Camp Alas
Dari Pos Blangbeke ini jalan setapak terus menurun dengan jalur yang terus berisikan pohon-pohon berduri menempuh padang rumput yang terbuka, kemudian turun menyeberangi 2 buah anak sungai sebelum sampai di Sungai Alas dan kembali mendaki beberapa bukit yang terbuka dan akhirnya bertemu dengan sungai Alas. Ketinggian air Sungai Alas hanya setinggi tulang kering orang dewasa membuat hulu sungai ini tidak terlalu sulit untuk di seberangi. Namun, kami mesti tetap waspada karena batuan-batuan yang ada di dalamnya sangat licin, selain itu dinginnya air membuat kaki terasa beku. Sungai ini sangat berbahaya di musim hujan karena banjir bandangnya datang dengan tiba-tiba, jika terjadi banjir banding maka akan susah menyeberanginya, pendaki akan terpaksa harus menunggu sampai airnya surut. Setelah menyeberangi sungai Alas maka akan sampai di pos Camp Alas. Pos Camp Alas ini cukup luas persis berada dipinggir atas sungai Alas, cukup luas dengan hamparan rumput. Sering dijadikan camp bermalam oleh para pendaki. Daerah terbuka dan memiliki pemandangan yang cukup menarik dan air yang melimpah ruah.

13.Camp Alas – Kuta Panjang
Dari Camp Alas awal jalur masih berupa padang yang luas. Kemudian masuk lagi ke jalur bervegetasi rapat dengan ranting-ranting pohon yang menghantui tiap pendaki, jalur trek kemudian berbelok ke kiri menanjak naik mendaki sebuah punggungan yang tidak begitu curam, medan masih terbuka, hanya tanaman perdu cukup banyak di jumpai, dan kemudian sampai di Pos Kuta Panjang.Pos Kuta Panjang berada di atas sebuah bukit berumput dan terbuka cukup luas untuk menampung beberapa tenda. Sumber air terdapat di bebapa tempat berupa genangan air yang terkumpul. Namun dimusim kemarau tentu akan sulit menemukan air disini mengingat bentuk konturnya yang cukup tinggi.

14.Kuta Panjang – Kolam Badak
Dari Pos Kuta Panjang ini jalur track kemudian turun dan berpindah ke punggungan di sebelah kirinya menelusuri hutan naik terus punggungan tersebut dan akhirnya sampai di pos Kolam Badak,.
Kolam Badak tidaklah terlalu luas, hanya cukup untuk berdirinya 2-3 buah tenda. Sumber airnya masih berupa genangan air. Namun, yang membedakannya dengan genangan air di lokasi camp lainnya adalah ukurannya. Ukuran genangan air di Kolam Badak cukup besar dan menyerupai sebuah kolam. Jika kita ingin mengambil air di sini, kita mesti waspada agar tidak tercebur ke pinggiran kolam ini. Hal ini dikarenakan kita hanya dapat mengambil air dari tengah-tengah kolam.

15.Kolam Badak – Bivak I
Jalur di sini tidak jauh berbeda dengan jalur-jalur sebelumnya, yaitu jalur bervegetasi rapat dengan pohon-pohon melintang. Mungkin hanya di akhir jalur saja yang berbeda, dimana kita akan melewati padang yang cukup landai dan terbuka Pos Bivak I ini sebuah dataran terbuka dengan tumbuhan perdu, areal campnya berupa permukaan tanah yang cukup datar dan bisa memuat tiga buah tenda, namun di daerah ini tidak ada sumber air. Kalaupun ada hanya berupa genangan air. Yang di buat sendiri oleh warga setempat.

16.Bivak I – Camp Putri
Dari pos Kolam Badak ini jalur track terus mendaki terjal melewati punggungan dan tumbuhan perdu, hingga terus memipiri bagian atas punggungan tersebut kemudian turun ke sebuah dataran yang cukup luas yang sering memanjakan mata para pendaki dengan pemandangan yang luar biasa, namun di selama perjalanan menuju Camp Putri ini tidak ada sumber air. Kalaupun ada hanya berupa genangan air,track ini berlanjut mendatar terus memipiri bagian atas rangkaian punggungan tadi dibagian kanan cukup curam dalam dan dibagian kirinya lebih ladai setelah melewati beberapa punggungan akhirnya sampai di Pos Camp Putri, di sarankan untuk para pendaki agar selalu hati-hati karena jalur yang di lewati tersebut pada bagian kanan jalur berdekatan dengan jurang yang curam dan seringnya jalur tersebut tertutup oleh kabut tebal. Pos ini berada didaerah terbuka, dengan pemandangan yang lepas kearah puncak Tanpa Nama, Puncak Loser dan Puncak Leuser yang terlihat membiru didepan mata. Dengan beralaskan rumput mendirikan tenda di daerah ini sangat mengasyikan dengan pemandangan alam yang disuguhkan. Sumber air disini juga berupa genangan air yang hanya ada di musim hujan.

17.Camp Putri – Bivak Kaleng
Dari Pos Camp Putri ini, jalur tracknya menuruni lembahan menyeberang naik ke punggungan Gunung Bivak yang merupakan awal dari jejeran punggungan Puncak Tanpa Nama., setelah melewati punggungan Gunung Bivak akhirnya sampai di Pos Bivak Kaleng. Pos Bivak Kaleng ini merupakan sebuah dataran tanah yang terbuka dan tidak begitu rata, cukup untuk menampung 3 buah tenda, dahulu di daerah ini lokasi tempat ngedrop makanan untuk tentara belanda karena di sini banyak ditemukan bekas kaleng-kaleng makanan tentara Belanda, dan hingga sekarang masih ada sebagian yang tersebar di pinggiran semak-semaknya. Sumber air tidak ada disini hanya jika musim hujan bisa ditemukan air genangan di beberapa tempat di daerah ini.

18.Bivak Kaleng – Bivak batu
Jalur setapak dari Pos ini berlanjut kembali memasuki hutan perdu menanjak cukup tajam. Dan kembali menyusuri bagian atas punggungan yang terbuka dengan tumbuhan perdunya. Terus memipiri medan tersebut dan di kanan jalan jurang menganga dalam. Kemudian sampai di Pos Bivak Batu.Pos Bivak Batu ini berada persis diatas sebuah punggungan yang bisa memandang lepas puncak loser yang menyembul dibalik bukit yang ada diseberang lokasi pos ini. Pos ini sangat terbuka dan berada diatas lembah, pemandangan sangat indah dari pos Bivak Batu ini, sumber air hanya ada dimusim basah saja. Sementara dari Bivak Kaleng menuju Bivak Batu, naik-turun jalur diramaikan oleh lumut-lumut hijau pegunungan yang tumbuh di batang pohon-pohon besar. Pohon-pohon melintang pun tak terlupakan di jalur ini. Bivak Batu merupakan tempat yang cukup luas untuk membangun camp, cukup untuk 3-4 buah tenda. Di sekitar lokasi camp banyak sekali terdapat batuan vulkanik yang berukuran cukup besar. Mungkin karena terdapat batuan tersebut, maka tempat ini disebut Bivak Batu. Sumber air genangan pun juga terdapat di sini

19.Bivak Batu – Simpang Tanpa Nama
Dari pos ini jalan setapak turun menyeberangi lembah kembali memasuki hutan lumut yang cukup lebat pada dasar lembah ada sebuah 2 sungai kecil yang harus diseberangi, warga sering menyebutnya dengan sungai krueng kruet 1 dan krueng kruet 2 jalur di sini tetap di warnai oleh naik-turun punggungan dengan vegetasinya yang rapat. Dari jalur krueng kruet 2 para pendaki boleh sedikit lega karena jalur yang dilalui memang terkesan sedikit lebih landai, walaupun ada beberapa bagian dari jalur ini yang memang cukup terjal. Setelah melewati beberapa padang rumput kecil maka kita akan sampai di Pos Simpang Tanpa Nama. Pos Simpang Tanpa Nama ini adalah sebuah persimpangan jalan, jika belok kiri maka jalur setapak akan mengantarkan kita ke Puncak Tanpa Nama, lurus akan terus menuju Puncak Leuser. Lokasi pos ini merupakan areal terbuka yang ditumbuhi rumput, sumber air juga berupa genangan yang di gali dan sudah pasti hanya ada airnya di musim hujan saja.

20.Simpang Tanpa Nama – Lapangan Bola
Dari Pos ini jalur setapak menuju Leuser terus mengikuti punggungan bukit dan akhirnya turun ke sebuah padang rumput luas yang dikenal dengan sebutan Pos Lapangan Bola, Jalur di sini memang sudah terlihat dengan jelasnya, namun tetap saja memberikan kesan yang lebih bervariasi dibandingkan dengan jalur-jalur sebelumnya. Di permulaan jalur, kita mesti melewati padang dengan ilalang-ilalang yang tinggi, kemudian kita akan kembali naik-turun punggungan yang terbuka lebar dengan jalur yang terlihat jelas dari jauh sekalipun. Di jalur ini, jejak-jejak dari harimau Sumatera juga masih akan sering kita temui. Yang menarik di sepanjang jalur ini adalah akhir jalur menuju Puncak Loser. Di tempat ini terdapat banyak sekali batuan vulkanik, mulai dari ukuran yang kecil hingga yang besar tersaji di tempat ini, yang menjadikan tempat ini sebagai padang batuan vulkanik yang berfungsi sebagai alun-alun Puncak Loser. di Lapangan Bola inilah kami memutuskan untuk melakukan Summit Attack dari Pos Simpang Nama ini menuju kedua puncak megah di pegunungan Leuser, yaitu puncak Loser dan Leuser. Lapangan Bola ini seperti namanya merupakan padang rumput yang luas sekali melebihi besarnya lapangan bola, sedikit lembab dimusim panas tanahnya dan menjadi rawa dimusim hujan. Lokasi mendirikan tenda ada di ujung lapangan ini berada sedikit tinggi dari lapangannya sehingga tanahnya jauh lebih kering dan keras, untuk sumber air ada tidak jauh dari lokasi camp, sebelah kanan padang rumput agak kebawah sedikit. Dari pos Lapangan Bola, jalur track terus berlanjut memipiri gigiran punggungan dan kemudin menanjak naik kesebuah punggungan hingga sampai dipuncak punggungan tersebut kita akan bisa melihat sosok megah puncak Loser terpampang di depan mata, lokasi ini disebut juga dengan Gerbang Loser. Dari sini jalur track menurun tajam ke lembah kaki punggungan puncak Loser dan kemudian menanjak terus kearah kanan dan membelok ke bagian kiri, jalan setapaknya sudah bercampur dengan batu-batu granit, kondisi ini terus hingga mencapai Puncak Loser.

21.Lapangan Bola – Puncak Loser
Meskipun penampakan dari jalur tidaklah sejelas pada jalur sebelumnya, namun terdapatnya batu bersusun tiga sebagai tanda jalan sangatlah membantu para pendaki ketika melewati padang batuan vulkanik ini. Di padang batuan vulkanik ini, terdapat juga sebuah sungai kecil yang memiliki air yang sangat jernih. Padang batuan vulkanik ini merupakan lokasi yang akan mengantarkan para pendaki menuju Puncak Loser. Jalur yang terlihat jelas dari kejauhan memang membuat kita merasa sedikit malas untuk mencapai Puncak Loser. Jejak harimau Sumatera juga masih dapat kita jumpai di sini. Yang menarik adalah akhir jalur menuju Puncak Loser, kondisi Puncak Loser cukup luas, ada tiang tringulasi sekundernya dan di arah barat dari tiang ini ada sebuah cerukan yang sering dijadikan tempat mendirikan tenda oleh pendaki. Dipuncak Loser ada sumber air berupa genangan air. Dari puncak ini kita bebas memandang kesegala arah termasuk puncak Leuser yang terlihat tegak berdiri di arah Barat Daya.

22.Puncak Loser – Puncak Leuser
Jalur dari Puncak Loser menuju Puncak Leuser dapat dikatakan sebagai jalur yang cukup ekstrim, karena jalur di sini berisikan igir-igir tipis juga seringnya kabut tebal menyertai tim kita dan diperlukan kehati-hatian yang cukup tinggi jika kita melewati jalur ini. Menjelang Puncak Leuser, kita akan disambut oleh bentuk jalur yang cukup landai dan kemudian kita akan melewati jalur yang cukup terjal di akhir jalur menuju Puncak Leuser ini. Menjelang Puncak Leuser, juga terdapat sebuah alun-alun (padang batuan vulkanik), dimana kita dapat melihat Puncak Leuser dari kejauhan di tempat ini. Puncak Leuser tidak terlalu luas, tidak ada tiang tringulasi di puncak ini. Puncak yang menempati urutan ketiga tertinggi di kawasan pegunungan Leuser ini lebih popular dari pada puncak tertinggi pegunungan ini yaitu puncak Tanpa Nama. Jika cuaca cerah kita bisa melihat dengan jelas hamparan pegunungan Leuser ini dan sayup-sayup diarah Barat tampak pantai barat Aceh dengan kota-kota pelabuhannya.

23.Simpang Tanpa Nama – Puncak Tanpa Nama
Setelah Puas menikmati pemandangan dan pendokumentasian dari puncak Leuser,Tim pun dengan segera melakukan penurunan menuju Pos Lapangan Bola, setiba di lapangan Bola dan hari sudah mulai gelap, cuaca yang kurang bersahabat, tim sepakat untuk melanjutkan perjalanan esok hari dengan targetan harus sampai di pos Simpang Tanpa Nama.
Keesokan harinya tim segera melakukan perjalanan kembali menuju pos Simpang Nama ,dipos Simpang Tanpa Nama itu sendiri adalah tempat kita terakhir ngecamp untuk persiapan melakukan summit attack selanjutnya menuju Puncak Tanpa Nama , Menurut informasi yang tim dapatkan dulu Puncak Tanpa Nama tersebut bernama Puncak Syamsudin Mahmud dimana beliau adalah salah satu gubernur Aceh pada masa itu, tapi karena ada pro dan kontra di masyarakat setempat, maka di kembalikan lagi lah nama nya menjadi puncak tanpa nama. jalur menuju puncak Tanpa Nama terdapat di sebelah kiri di persimpangan antara ke puncak Loser dan Puncak Tanpa Nama bisa di kategori kan landai naik- turun nya punggungan dan di hiasi banyaknya tumbuhan perdu dan tumbuhan lumut yang mengering. Setelah pendaki mencapai puncak tanpa nama akan di suguhi pemandangan yang luar biasa indah nya,bentuk puncak tanpa nama itu sendiri sangat luas dan datar layak nya mirip perahu yang terbalik bila kita melihat dari kejauhan.dikarenakan Puncak Tanpa Nama adalah Puncak yang tertinggi di pegunungan Leuser maka Kita bisa melihat puncak Leuser dan Loser dari kejauhan
 

Sabtu, 04 Desember 2010

GUNUNG KERINCI

Gunung Kerinci (juga dieja "Kerintji", dan dikenal sebagai Gunung Gadang, Berapi Kurinci, Kerinchi, Korinci, atau Puncak Indrapura) adalah gunung tertinggi di Sumatra, dan puncak tertinggi di Indonesia di luar Papua. Gunung Kerinci terletak di Pegunungan Bukit Barisan, dekat pantai barat, dan terletak sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Gunung ini dikelilingi hutan lebat Taman Nasional Kerinci Seblat dan merupakan habitat harimau sumatra dan badak sumatra.Kerinci masih aktif dan terakhir kali meletus pada tahun 2009.

Gunung Kerinci merupakan gunung berapi yang tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3800m dpl dan masih dalam keadaan aktif. Berada pada lintang 10°45,50' LS dan 1010°160' BT. Terletak di dua kabupaten yaitu Kerinci dan Sulak Deras. Dikaki gunung ini juga anda bisa temukan perkebunan teh yang terdapat di desa Kersik Tuo. Didesa Kersik Tuo ini banyak terdapat penginapan-penginapan yang diusahakan oleh penduduk setempat. Penduduk didesa Kersik Tuo ini mayoritas adalah suku Jawa yang sudah lama sekali tinggal disana, sejak jaman kolonial Belanda. Gunung kerinci berada dibawah perlindungan Taman Nasioanal Kerinci Semblat. Pada areal hutan gunung ini kita masih bisa menjumpai harimau sumatera. Satu hal yang mesti di ingat, jika anda mendaki gunung ini, jangan bermalam atau mendirikan tenda di daerah selter I atau didaerah ketinggiannya dibawah 1500m dpl. Karena daerah ini merupakan habitatnya harimau sumatera dan tempat mereka berburu. Dan usahakan untuk tidak membawa makanan yang berbau anyir atau daging mentah. Pemandangan dari puncak Kerinci sangat memukau, kita bisa melihat danau kerinci dan danau situjuh yang berada diatas puncak bukit situjuh, serta di bagian selatan terlihat Lubuk Gadang dan Muara Labuh. Sementara di arah barat terlihat samudera Hindia. sangat indah. Sewaktu web master high-camp.com mendaki gunung ini dan mendirikan tenda tepat di daera berpasir di bawah puncak (lihat photo) pemandangan yang lepas dimalam hari sangat memukau, tapi hati-hati karena anginnya lumayan kencang, tenda anda harus cukup kuat untuk camping didaerah ini. Beruntung sekali pada saat itu air bisa didapat, akan tetapi harus menyeberangi dua punggungan.

RUTE PENDAKIAN

Homestay Pak PaimanGunung Kerinci bisa dicapai lewat kota Jambi atau kota Padang atau juga dari Muara Bungo. Muara Bungo terletak di jalan Lintas Sumatera antara profinsi Jambi dan Sumatera Barat. Keterangan rute-rute tersebut sebagai berikut.

Rute Kota Padang Sumatera Barat.
Padang - Kersik Tuo - Sugai Penuh.
Naik bus umum trayek Padang Sungai Penuh dan turun didesa Kersik Tuo.

Rute dari Jambi.
Jakarta - Jambi - Sungai Penuh - Kersik Tuo.

Rute dari Muara Bungo.
Jakarta - Muara Bungo - Sungai Penuh.
Dari Jakarta naik bus tujuan Padang, dan turun di kota Muara Bungo, dari sini dilanjutkan perjalan dengan menumpang mini bus dengan tujuan Sungai Penuh. Kemudian ganti kendaraan lagi dengan naik angkutan mini bus ke desa Kersik Tuo. Selain dari Kersik Tuo bisa juga dicapai dari Lubuk Gadang dan Kayu Aro. Akan tetapi rute dari desa Kersik Tuo adalah yang umum dipakai oleh para pendaki. High-camp.com menyarankan anda menginap dulu di Kersik Tuo dan memulai pendakian pagi keesokan harinya.

TAHAPAN RUTE PENDAKIAN

Pondok R10 (1611 m dpl) - Pintu Rimba (1800 m dpl)
R10 adalah pondok jaga balai TNKS untuk mengawasi setiap pengunjung yang akan mendaki gunung Kerinci. Medannya berupa perkebunan/ladang penduduk, kondisi jalan baik (aspal) sampai batas hutan. Jarak tempuh 2 km atau 1 jam perjalanan.

Pintu Rimba - Pos Bangku Panjang (1909 m dpl)
Pintu Rimba merupakan gerbang awal pendakian berada dalam batas hutan antara ladang dan hutan heterogen sebagai pintu masuk, disini ada shelter dan juga lokasi air kurang lebih 200 meter sebelah kiri jika kita menghadap gunung Kerinci. Jarak tempuh ke Bangku Panjang 2 km atau 30 menit perjalanan, lintasan trekking nya relatif landai.

Pos Bangku Panjang - Pos Batu Lumut (2000 m dpl)
Pos Bangku Panjang terdapat dua shelter yang masih boleh dibilang layak. Menuju Batu Lumut medan pendakian masih landai dan jarak tempuhnya sekitar 2 km dengan waktu tempuh 30 menit.

Pos Batu Lumut - Shelter 1 (2225 m dpl)
Pos Batu Lumut merupakan tempat istirahat namun tidak ada shelternya tetapi disini ada lokasi airnya (air endapan). Memang lokasinya di sungai tetapi sungai ini konterporer yang hanya berair dimusim hujan. Jarak tempuh menuju Shelter 1 sejauh 2 km perjalanan dengan waktu tempuh 1 jam. Kondisi jalan setapaknya relatif terjal dengan kemiringan sekitar 60.

Shelter 1 - Shelter 2 (2510 m dpl)
Shelter 1 merupakan tempat istirahat, terdiri dari satu buah pondok yang masih terawat baik, jarak tempuh menuju pos 2 yaitu 3 km dengan waktu tempuh 1,5 jam. Di lintasan ini sesekali jalan setapaknya terjal sampai kemiringan 45

Shelter 2 - Shelter 3 (3073 m dpl)
Shelter 2 merupakan tempat istirahat, dengan satu buah shelter namun tidak terlalu kokoh. Mungkin karena usia pondok ini cukup tua dan kondisi medan yang suhu udara dratis membuat shelter ini masih bertahan walaupun dalam keadaan miring hampir rubuh. Jarak tempuh menuju shelter 3 yaitu 2 km dengan waktu tempuh 2 jam.

Shelter 3 - Shelter 4 (3351 m dpl)
Shelter 3 merupakan tempat istirahat yang hanya tingga kerangka besinya saja. Lokasi ini merupakan medan yang terbuka dan bisa memandang kearah desa Kersik Tuo. Tempat ini juga bagus untuk dijadikan tempat mendirikan tenda. karena tempat datarnya lumayan luas. Disini juga kita bisa menjumpai sumber air. Perjalanan menuju puncak hanya tinggal 3 jam perjalanan dari shelter ini. Menuju shelter 4 jarak 1,5 km dengan waktu tempuh 1 jam. Kondisi jalan setapaknya merupakan bekas aliran air yang menjadi jalur pendakian.

Shelter 4 - Batas vegetasi/Pasir/Batuan Cadas - Puncak (3800 m dpl)
Ditempat ini terdapat papan pengumuman yang berisikan larangan membuat rute baru dan informasi mengenai lintasan pasir dan cadas harap berhati-hati. Lapangan yang luas. Disini bisa mendirikan tenda asalkan tenda anda memenuhi persyaratan untuk didirikan disini, karena disini angin bertiup lumayan kencang serta suhu yang dingin. Sewaktu highcamp mendirikan tenda disini (lihat gallery photo) kami menemukan air yang letaknya satu punggungan sebelah kiri kalau menghadap ke puncak. Jarak tempuh menuju puncak sekitar 2 km dengan waktu tempuh 2,5 jam.

TEMPAT PERIJINAN

somewhere near from summitMenurut pengalaman highcamp perijinan untuk pendakian gunung ini termasuk standar dan tidak terlalu berbelit-belit. Ijin bisa diurus diPos petugas taman nasional atau seperti yang pernah web master highcamp alami perijinan diurus di tempat penginapan Pak Paiman. Rumah Pak Paiman dulu merupakan tempat para pendaki beristirahat dan menginap sebelum dan sesudah mendaki. Dan dulu tanpa dipungut bayaran. Tapi saat ini seiring dengan perkembangan jaman penduduk disekitar desa ini sudah mulai juga membuka rumah mereka untuk tempat penginapan para pendaki, dan atas desakan penduduk setempat akhirnya penginapan Pak Paiman memungut bayaran. Akan tetapi masih bisa dibilang sangat murah dan sangat membantu para pendaki. Terimakasih Pak Paiman (almarhum) atas bantuannya kepada para pendaki.

TEMPAT MENARIK LAINNYA

Ada beberapa tempat menarik yang mungkin dikunjungi diantaranya:
Kebon teh Kersik Tuo
Danau Belibis
Danau kerinci
Danau Situjuh di gunung Situjuh

Selain itu di lokasi Taman Nasional Kerinci Seblat ini juga terdapat komunitas yang disebut dengan ORANG KERINCI , komunitas ini sampai saat ini sangat susah untuk menemukannya. Tim antropologi Perancis masih menyelidikinya. Menurut penduduk setempat, orang kerinci ini mempunyai postur tubuh setinggi anak usia 3 tahun dan berambut panjang, yang unik dari mereka adalah telapak kaki mereka yang terbalik, tidak seperti kita tumit berada dibelakang akan tetapi orang kerinci ini tumitnya ada didepan dan jari-jarinya menghadap kebelakang. Gerakan mereka sangat cepat, sangking cepatnya photograper penyelidik dari perancis itu tidak bisa memotret mereka walaupun sudah bertemu muka. Hasil penyelidikan tim antropolog Perancis ini dapat dilihat di kantor mereka di kota Sungai penuh. Ada photo-photo bekas telapak kaki mereka yang ukurannya sebesar telapak kaki anak kecil.