Selasa, 07 Agustus 2012

Gunung Singgalang

Gunung Singgalang (2877mdpl)

Gunung Singgalang terletak berdekatan dengan dua gunung lainnya, yaitu Gunung Tandikek pada bagian yang sama dan Gunung Merapi pada bagian yang lainnya.
Salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh Gunung Singgalang adalah Telaga Dewi, yang berada pada ketinggian 2762 mdpl dengan luas sekitar 1 ha. Disamping air yang jernih, daerah disekitar telaga dapat dijadikan sebagai tempat menginap bagi para pendaki.
Untuk mencapai Koto Baru sebagai titik awal pendakian, dari Padang anda dapat menggunakan Bus jurusan Bukittinggi, yang bisa ditemukan di Terminal Regional Bingkuang, Aie Pacah, dengan ongkos Rp 8.000,- beberapa diantaranya ANS dan NPM dan dengan lama perjalanan sekitar 2 jam.
Sedangkan bagi anda yang ingin naik dari rute Salimparik, anda harus turun di daerah Padang Lua (setelah Koto Baru kalau dari Padang).

Rute Perjalanan / Pendakian

Dari Padang ke Koto Baru,di pasar kotobaru [simpang pandai sikek] tunggu angkot ke desa tanjung, dari sini (sebagai titik awal pendakian) memakan waktu sekitar 2 jam berjalan kaki menuju Pesanggrahan (sekarang disamping Tower RCTI), yang juga merupakan tempat untuk melaporkan pendakian. Anda juga bisa menggunakan angkutan pedesaan (biasa disebut dengan Cigak Baruak) berupa Carry.
Untuk menuju ke Telaga Dewi atau ke puncak Gunung Singgalang (Pilar), tidak susah lagi untuk mencari pedoman perjalanan, dengan adanya tiang-tiang listrik yang terpasang sampai ke tower RCTI di Pilar. Bagi saya, tiang listrik tersebut merusak dan menghancurkan keindahan yang ada, dan juga membuat perjalanan menjadi amat membosankan, apabila ditambah dengan petunjuk-petunjuk “iseng” yang dipasang di tiang listrik tersebut. “50 tiang lagi, puncak!”. “10 tiang lagi, puncak!”. Gila! bukannya menikmati perjalanan dan keindahan yang sudah dirusak oleh tiang listrik, kita malah jadi sibuk menghitung-hitung tiang listrik yang kita lewati.
Bagi anda yang lebih menyukai rute perjalanan yang sunyi dan jarang dilewati oleh pendaki lainnya serta pemandangan yang masih alami, anda dapat menggunakan rute dari Salimparik, Sungai Tanang (saya sendiri mungkin lebih menyarankan anda untuk naik Gunung Singgalang dari rute ini, lebih nyaman dan lebih landai, walaupun memakan waktu yang lebih lama kalau dibandingkan dari Koto Baru).
Dari simpang Padang Luar (Pasar Padang Luar), anda dapat naik angkutan pedesaan menuju ke Dusun Salimparik dengan ongkos Rp 1.500,- dan turun di batas akhir jalan, dimana mobil akan berputar lagi ke bawah.
Kalau anda tidak ingin melakukan pendakian malam hari, sebaiknya pendakian dilakukan paling lambat pada jam 13.00, dimana dengan perjalanan santai memakan waktu sekitar 3 jam menuju ke bivak I. Sebelum menuju ke bivak I (sekitar 15 m sebelum bivak I, kita akan memotong aliran sungai (pindah punggungan), yang merupakan sumber air pada saat kita menginap di area ini.
Apabila anda berniat naik pagi (sekitar jam 09.00), anda bisa mencapai bivak II (sekitar jam 16.00). Pada area ini, kalau anda mau, banyak tumbuhan hutan yang bisa makan, seperti pakis gajah, begonia, arbei, dan beberapa tumbuhan lainnya yang lainnya.
Dari bivak II, apabila berangkat sekitar jam 09.00, dengan jalan santai anda akan sampai di Cadas sekitar pukul 13.00. Untuk masuk ke daerah cadas, dari rute perjalanan sebelumnya anda akan bertemu simpang jalan (kedua jalan tersebut sama-sama mengarah ke Telaga Dewi, jadi anda bisa memilih rute yang anda suka). Untuk rute yang mengarah ke kanan, maka dalam jarak sekitar 10 m anda akan sampai di daerah cadas, dan 100 m dari sana kembali masuk hutan yang menuju ke daerah Telaga Dewi.
 Sumber Air
Untuk rute dari Salimparik, sumber mata air yang dapat digunakan adalah anak-anak sungai yang walaupun dalam kondisi kemarau masih dialiri oleh air. Pada bivak I (tempat bermalam yang dapat digunakan di perjalanan), sumber air adalah aliran air pada lembah yang kita lintasi dalam perjalanan. Sedangkan pada bivak II, sumber airnya adalah aliran air yang sama pada bivak I, namun untuk mencapainya turun agak jauh ke bawah, sekitar 10 m ke arah kiri jalur.

Jalur Pendakian Gunung Singgalang

Tinggi : 2877 mdpl.
· Letak  : Kab. Agam
· Karakteristik : Gunung api tidak aktif, ditutupi hutan hujan tropis, trek pendakian terjal dan terdapat 2          buah  telaga di daerah puncak.
· Jalur Pendakian :
  * Koto Baru (Pandai Sikek)
     Titik Start : Pandai Sikek. Lama pendakian normal 6 jam
  * Balingka
     Titik Start : desa Panambatan, Balingka. Lama pendakian normal 8 jam.
  * Toboh (Kenagarian Malalak)
     Titik Start : Jorong Toboh Kenagarian Malalak. Lama pendakian 12 jam.
· Transportasi :
  * Koto Baru
      Terminal Bingkuang (Rp. 2.000,-), Terminal Bingkuang-Koto Baru (Rp. 8.000,-) bus jurusan Padang-Bukittinggi (turun di Koto Baru) PO. ANS, NPM dan sebagainya. Koto Baru-Stasiun RCTI (Angkot hanya sampai desa terakhir dengan ongkos Rp. 1.500,- setelah itu trekking selama + 1,5 jam, atau angkot carteran Rp. 50.000,-).
  * Balingka
     Terminal Bingkuang (Rp. 2.000,-), Terminal Bingkuang-Padang Luar (Rp. 8.000,-) bus jurusan Bukittinggi (turun di Padang Luar). Padang Luar-Batu Tagak (Rp. 2.500,-) angkutan pedesaan Batu Tagak-Panambatan (alternatif trekking melalui Desa Rambatan).
  * Toboh
     Terminal Bingkuang (Rp. 2000,-) Terminal Bingkuang–Padang Luar (Rp. 8.000,-). Padang Luar–Toboh (Rp. 3000,-).
· Kondisi Medan      
   * Koto Baru
        -Pasar Koto Baru-Stasiun RCTI : jalan aspal curah, peladangan tebu, tanjakan ringan, sumber air.
        -Stasiun RCTI (5176,5645)-Cadas : Tanjakan terjal, semak-semak, hutan sekunder-hutan primer, sumber air I (5057,5654) sumber air di sepanjang jalur  (5 jam).        
        -Cadas-Telaga Dewi : tanjakan terjal, berbatu, perdu dan hutan lumut, (30 menit).
        -Telaga Dewi-Puncak Singgalang (4813,5689) : landai, hutan lumut, (30 menit).
   * Toboh
        Toboh–Pintu Rimba : perladangan penduduk yang dipenuhi semak belukar. Sumber air
· Perizinan : Lapor di Pos polisi terdekat atau kepala desa Rambatan.
· Potensi    : 2 buah telaga (telaga Dewi dan telaga Kumbang), panorama
Gunung Marapi.




Jumat, 27 Juli 2012

Gunung Bandahara

Gunung Bandahara adalah sebuah gunung yang terdapat di Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Jarak dari kota Blang Kejeran ibukota Kabupaten Gayo Lues sekitar 50 ke arah tenggara - timur, sedangkan jarak dari kota Kutacane ibukota Kabupaten Aceh Tenggara sekitar 35 km arah utara - barat laut.
Nepenthaceae Diatas adalah tanaman yang hanya ada di Gunung Bandahara.

Gunung Abong-Abong

Puncak Gunung Abong-Abong (2985 mdpl) adalah satu-satunya puncak Gunung yang terletak di dua kabupaten yaitu di kabupaten Aceh Tengah dan kabupaten Nagan Raya yang memiliki ekosistem hayati yang bervariasi dan memiliki curah hujan yang tinggi dan gunung ini termasuk dalam spesifikasi Stratovulkano.menurut data yang diperoleh dari peneliti Belanda pada tahun 1851 yang bernama v.v voolstjen. Bahwasanya Gunung Abong – Abong memiliki kadar epidermis Batu bara yang tinggi dan puncak serta pendukung counturenya yang jarang kelihatan membuatnya kesulitan menentukan bebatuan lainnya yang memiliki kadar logam sempurna. Dan juga, di gunung ini menurut voolstjen terdapat dua spesies hewan yang tidak dimiliki gunung lain, semisal ekosistem Leuser, yaitu gajah dan badak. Kedua spesies ini juga menjadi pendukung terjadinya proses “ rantai makanan sempurna “ pada kawasan ini, tanpa menyisihkan spesies kecil llainnya dalam peran berkompetisi pada ihwalnya. Ia juga mengisyaratkan pada peneliti llainnya, yang memakai acuan pertambangan agar menentukan juga kesulitan yang terjadi dan terbentuk oleh pergeseran alam.
Pada awal 1960an ditegaskan bahwa gunung Abong – abong ini tidak pernah ada pendaki yang telah menapaki kakinya pada puncak gunung ini, kecuali para pandaki Belanda yang membuat pilar puncak (triangulasi).
Pada tahun 2001, kawasan pegunungan Abong- abong diawali oleh penetapan pendukung kawasan ekosistem leuser sebagai “ penyedia air “ bagi “paru-paru dunia” tersebut.
Akibat adanya indikator seperti itu, kawasan gunung Abong-abong ini ditetapkan masuk kedalam Ekosistem Ulu Masen setelah adanya proses pengelompokan Spesies, Keanekaragaman Hayati, Kondisi Penyedia Air, Letak Geografis, dan Penetapan Keadaan Counturenya (Penelitian Khusus Bakosurtanal).
Suatu kebanggaan bagi kita memiliki kekayaan alam yang berlimpah ruah. Dan kita sebagai putra bangsa sudah seharusnyalah lebih mengenal dan mempelajari alam. Karena kita adalah putra Indonesia yang akan mewariskan kekayaan alam ini kepada anak cucu kita nantinya kelak Semoga.
 

Selasa, 24 Juli 2012

Daftar Gunung Indonesia


ACEH
Gunung Abong-abong : 3.015 mdpl
Gunung Bandahara : 3.030 mdpl
Gunung Bateekeubeu : 2.840 mdpl
Gunung Bumi Geureudong : 2.670 mdpl
Gunung Bumi Telong : 2.600 mdpl
Gunung Geureudong : 2.590 mdpl
Gunung Leuser : 4.446 mdpl
Gunung Mueajan : 3.079 mdpl
Gunung Panet sagu : 3.019 mdpl
Gunung Panjang : 2.023 mdpl
Gunung Perkison : 2.532 mdpl
Gunung Segama : 2.015 mdpl
Gunung Sorik Merapi : 2.145 mdpl
Gunung Tangga : 2.500 mdpl
Gunung Tinjaulaut : 2.105 mdpl
Gunung Ulumasen : 2.390 mdpl


SUMATERA UTARA
Gunung Sibayak : 2.094 mdpl
Gunung Sibuatan : 2.457 mdpl
Gunung Sihabuhabu : 2.300 mdpl
Gunung Sinabung : 2.412 mdpl
Gunung Sipoimcim : 2.199 mdpl
Gunung Tampunanjing : 2.008 mdpl
Gunung Kalau : 2.171 mdpl


SUMATERA BARAT
Gunung Gedang : 2.050 mdpl
Gunung Kerinci : 3.800 mdpl ( Sumatra barat dan Jambi )
Gunung Maitang : 2.262 mdpl
Gunung Marapai : 2.891 mdpl
Gunung Ophir : 2.191 mdpl
Gunung Pantai Cermin : 2.690 mdpl
Gunung Pasaman : 2.900 mdpl
Gunung Singgalang : 2.877 mdpl
Gunung Talakmau : 2.912 mdpl
Gunung Talang : 2.597 mdpl
Gunung Tandiket : 2.438 mdpl


JAMBI
Gunung Sumbing : 2.507 mdpl
Gunung Masurai : 2.935 mdpl


SUMATERA SELATAN
Gunung Besagi : 2.232 mdpl

LAMPUNG
Krakatau : Rakata ( 813 mdpl ), Panjang ( 132 m ), Anak Krakatau ( 305 m )
Rajabasa : 1.281 mdpl


BENGKULU
Gunung Bapagat : 2.732 mdpl
Gunung Dempo : 3.159 mdpl
Gunung Dingin : 2.020 mdpl
Gunung Gadang : 2.466 mdpl
Gunung Patah : 2.817 mdpl
Gunung Runcing : 2.221 mdpl
Gunung Seblat : 2.883 mdpl
Gunung Tangkitlebak : 2.115 mdpl


JAWA TIMUR
Gunung Anjasmoro : 2.282 mdpl
Gunung Argomayang : 2.198 mdpl
Gunung Argopuro : 3.088 mdpl
Gunung Arjuna : 3.339 mdpl
Gunung Bromo : 2.392 mdpl
Gunung Butak : 2.868 mdpl
Gunung Cemarakuning : 2.248 mdpl
Gunung Jambangan : 2.482 mdpl
Gunung Kawi : 2.651 mdpl
Gunung Kelud : 1.731 mdpl
Gunung Liman : 2.512 mdpl
Gunung Merapi : 2.800 mdpl
Gunung Raung : 3.332 mdpl
Gunung Semeru : 3.676 mdpl
Gunung Suket : 2.950 mdpl
Gunung Welirang : 3.166 mdpl
Gunung Wilis : 2.169 mdpl


JAWA TENGAH
Gunung Slamet : 3.418 mdpl
Gunung Sumbing : 3.371 mdpl
Gunung Sundoro : 2.151 mdpl
Gunung Ungaran : 2.050 mdpl
Gunung Dieng : 2565 mdpl
Gunung Lawu : 3265 mdpl ( antara Jawa Tengah dan Jawa Timur )
Gunung Merbabu : 3145 mdpl
Gunung Merapi : 2968 mdpl ( D.I.Yogyakarta dan Jawa Tengah)


JAWA BARAT
Gunung Bukittunggul : 2.203 mdpl
Gunung Burangrang : 2.064 mdpl
Gunung Cikurai : 2.821 mdpl
Gunung Cireme : 3.078 mdpl
Gunung Galunggung : 2.168 mdpl
Gunung Gede : 2.958 mdpl
Gunung Guntur : 2.249 mdpl
Gunung Kancana : 2.182 mdpl
Gunung Malabar : 2.321 mdpl
Gunung Masigit 2.078 mdpl
Gunung Pangrango : 3.019 mdpl
Gunung Papandayan : 2.665 mdpl
Gunung Patuha : 2.434 mdpl
Gunung Salak : 2.211 mdpl
Gunung Tangkuban Perahu : 2.084 mdpl
Gunung Telaga Bodas : 2.201 mdpl
Gunung Tilu : 2.040 mdpl
Gunung Wayang : 2.181 mdpl
Gunung Windu : 2.054 mdpl



BALI

Gunung Abang : 2.152 mdpl
Gunung Agung : 3.142 mdpl
Gunung Batukau : 2.276 mdpl
Gunung Batur : 1.717 mdpl
Gunung Catur : 2.098 mdpl
Gunung Sangiang : 2.087 mdpl


NTB

Gunung Rinjani : 3726 mdpl
Gunung Ebulolobo : 2.123 mdpl
Gunung Kondo : 2.947 mdpl
Gunung Nangi : 2.330 mdpl
Gunung Tambora : 2.851 mdpl
Gunung Sangeang : 1949 mdpl
Gunung Inielika : 1559 mdpl


NTT
Gunung Batutara : 470 mdpl / 3.750 mdpl
Gunung Keknemo : 2.070 mdpl
Gunung Anak Ranakah : 2.400 mdpl
Gunung Ebulabo : 2.123 mdpl
Gunung Iya : 637 mdpl
Gunung Kelimutu : 1384,5 mdpl
Gunung Rokatenda : 875 mdpl
Gunung Egon : 1703 mdpl
Gunung Lewotobi Laki-laki : 1584 mdpl
Gunung Lewotobi Perempuan : 1703 mdpl
Gunung Loreboleng : 1117 mdpl
Gunung Iliboleng : 1659 mdpl
Gunung Lewotolo : 1319 mdpl
Gunung Inerie : 2230 mdpl
Gunung Iliwerung : 1486 mdpl
Gunung Sirung : 862 mdpl


KALIMANTAN
Gunung Bukitraya : 2.278 mdpl ( Kalimantan Barat )
Gunung Harun : 2.160 mdpl ( Kalimantan Timur )
Gunung Liangpran : 2.240 mdpl ( Kalimantan Timur )


MALUKU

Gunung Binaiya : 3.019 mdpl
Gunung Gamalama : 2.700 mdpl
Gunung Kapaladmada : 2.429 mdpl
Gunung Laworkawra : 4.481 mdpl
Gunung Nieuwerkerk : 4.185 mdpl
Gunung Serawema : 4.355 mdpl
Gunung Sibela : 2.111 mdpl
Gunung Wetar : 5.282 mdpl
Gunung Wurlali : 4.668 mdpl
Gunung Ibu : 1340 mdpl
Gunung Gamkonora : 1635 mdpl
Gunung Dukono : 1087 mdpl
Gunung Kiebesi : 1358 mdpl


SULAWESI SELATAN
Gunung Anuan : 3.673 mdpl
Gunung Balease 3.016 mdpl
Gunung Gandadinata 3.074 mdpl
Gunung Kabinturu 2.655 mdpl
Gunung Kambuno 2.950 mdpl
Gunung Lampobatang 2.871 mdpl
Gunung Paroreang 2.616 mdpl
Gunung Rantemado 3.445 mdpl
Gunung Sinajai 2.669 mdpl
Gunung Tolondokalaud 2.884 mdpl


SULAWESI UTARA

Gunung Awu :3.330 mdpl
Gunung Boliohutu : 2.065 mdpl
Gunung Colo : 2.509 mdpl
Gunung Karangetung : 2.700 mdpl
Gunung Klabat : 2.022 mdpl
Gunung Tentolomatinan : 2.207 mdpl
Gunung Api : 5.000 mdpl


SULAWESI TENGAH

Gunung Butumpu:2.400 mdpl
Gunung Daku : 2.304 mdpl
Gunung Dali : 2.253 mdpl
Gunung Dampal : 2.304 mdpl
Gunung Gawalisi : 2.023 mdpl
Gunung Gentilomatinan : 2.207 mdpl
Gunung Kulawi : 3.311 mdpl
Gunung Lambuno : 2.443 mdpl
Gunung Lompopana : 2.480 mdpl
Gunung Lumut : 2.234 mdpl
Gunung Mad : 2.552 mdpl
Gunung Malino : 2.443 mdpl
Gunung Maruwali : 2.280 mdpl
Gunung Nokilalaki : 2.355 mdpl
Gunung Ogoamas :2.565 mdpl
Gunung Pekawa : 2.314 mdpl
Gunung Rerekautimdu : 2.508 mdpl
Gunung Salai: 2.040 mdpl
Gunung Sidole : 2.099 mdpl
Gunung Sonjo : 3.225 mdpl
Gunung Tambusisi : 2.422 mdpl
Gunung Tanamatua : 2.543 mdpl
Gunung Tinombala : 2.183 mdpl
Gunung Towengkeli : 2.229 mdpl
Gunung Tumpu : 2.400 mdpl


SULAWESI TENGGARA
Gunung Mengkoka : 2.790 mdpl
Gunung Watuwila : 2.000 mdpl


PAPUA

Gunung Yamin : 4.595 mdpl
Gunung Yaramamafaka : 3.370 mdpl
Gunung Togwomeri : 2.680 mdpl
Gunung Trikora : 4.750 mdpl
Gunung Arfak : 2.940 mdpl
Gunung Derabaro : 4.150 mdpl
Gunung Redoura : 3.083 mdpl
Gunung Togwomeri : 2.680 mdpl
Gunung Kwoko : 3.000 mdpl
Gunung Mandala : 4.700 mdpl
Gunung Jaya/Ngapulu : 5.030 mdpl

Gunung Awu

Gunung Awu adalah gunung berapi aktif bertipe stratovolcano dengan kawah yang sangat dalam seluas 4,5 KM persegi dan merupakan salah satu gunung berapi paling mematikan yang terletak di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Indonesia.
Gunung ini tercatat pernah menciptakan letusan dahsyat yang terjadi pada tahun 1711, 1812, 1856, 1892 dan terakhir kali pada tahun 1966 yang menelan lebih dari 8000 korban jiwa oleh lahar panas yang besar.
Kawah dengan lebar 4,5 km terdapat di puncak dengan jurang yang dalam dikelilingi celah raksasa di sepanjang lembah sebagai jalan lahar yang membelah sisi-sisi kawah.
Terdapat sebuah danau dangkal di dalam kawah yang terletak di puncak gunung. Dasar kawah yang dalam di kelilingi lembah setinggi 1.320 meter membuat gunung Awu sebagai gunung berapi dahsyat yang berada dalam cincin api.


                                 Gunung Awu, Foto: Arus nirwana

Gunung ini terletak di sebelah utara Pulau Sulawesi dan dikelilingi oleh kepulauan Sangihe. Jalur pendakian untuk mencapai puncak gunung ini biasanya dimulai dari desa Anggis di pantai selatan yang berjarak sekitar 7 km dari kawah.
Perjalanan mendaki dimulai dengan menyusuri hutan kelapa untuk mencapai titik triangulasi sepanjang 350 meter dan kemudian akan sampai di Desa Kanaka, Panise dan terakhir Desa Panto Unema untuk mempersiapkan pendakian yang sesungguhnya.
Selanjutnya pendakian berat akan dimulai menuju ke puncak setinggi 500 meter dan masih bisa menemukan lahan tanaman pertanian, selanjutnya menembus lava keras setinggi 350 meter dan pendakian menjadi semakin mudah.

Selasa, 08 Mei 2012

GUNUNG BURANGRANG

Cimahi – Waktu saat itu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Kesibukan para pedagang dan pembeli di pasar Cimahi lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena hari itu bertepatan dengan jatuhnya hari libur nasional. Atau mungkin juga bertepatan dengan hari terakhir dari rangkaian libur selama tiga hari yaitu 17-19 Maret 2007. Biasanya banyak orang yang memanfaatkan rangkaian libur panjang seperti itu untuk melakukan berbagai kegiatan yang jauh dari keramaian kota.

Masih dalam rangkaian aktifitas pendakian ”3 Hari Menggapai 3 Puncak Gunung di Jawa Barat”, Kami bertiga memanfaatkan hari libur panjang pada pertengahan bulan Maret tersebut untuk mendaki tiga puncak gunung di Jawa Barat. Gunung-gunung tersebut yaitu Gunung Papandayan, Gunung Guntur dan Gunung Burangrang.

Gunung Burangrang kami pilih menjadi penutup dari tiga hari pendakian tiga puncak gunung di Jawa Barat. Salah satu alasannya karena jalur pendakian yang kami pilih untuk mencapai puncaknya dan kembali turun lagi membutuhkan waktu yang relatif singkat yaitu sekitar 4-5 jam. Sebagai titik awal pendakian atau entry point kami pilih Jalur Komando, Cimahi. Sedangkan untuk titik akhir pendakian atau exit point kami memilih Jalur Legok Haji atau Cisurupan, Cimahi.

Pasar Cimahi menjadi awal dari perjalanan kami menuju Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua. Karena tidak ada rencana untuk bermalam di Gunung Burangrang, perbekalan yang kami siapkan sebagian besar merupakan makanan matang atau langsung dapat disantap dan semuanya dapat diperoleh di pasar tersebut.

Tidak sampai setengah jam perjalanan dengan menggunakan angkutan kota dari Pasar Cimahi, akhirnya kami sampai di sebuah tempat yang bertuliskan Komando. Walaupun wilayah tersebut merupakan bagian dari Desa Kertawangi namun Komando menjadi nama yang hingga kini lebih dikenal oleh para penggiat alam bebas. Nama Komando sendiri diambil karena kawasan tersebut memang merupakan tempat latihan militer para Kopasus.

Bukan Monopoli Pendaki
Sebuah papan petunjuk bertuliskan ”Selamat Datang di Daerah Latihan Tahap Gunung Hutan Komando Situ Lembang” langsung menyambut kami selepas berjalan melintasi pintu masuk kawasan.

Tepat sekitar pukul sepuluh pagi pendakian menuju titik puncak Gunung Burangrang kami mulai. Melewati sebuah warung yang lebih dikenal dengan warung Bandrek, kami melintasi perkebunan sayur dan hutan pinus. Suara kicauan burung dan kesibukan para petani sayuran menjadi harmoni keindahan yang mengiringi awal perjalanan kami. Kemudian pemandangan hutan pinus lebih mendominasi perjalanan kami. Jalurnya yang landai dan sedikit menanjak merupakan awal yang baik untuk mengawali sebuah pendakian. Secara perlahan aneka jenis tumbuhan khas hutan hujan tropis memberi keteduhan kepada kami.

Setengah jam pertama perjalanan dari Warung Bandrek, kami sampai di dataran yang bisa disebut sebagai pos pertama. Sebuah pemandangan menarik sudah dapat kami nikmati dari sini. Tampak di kejauhan Situ (danau) Lembang terlihat jernih bercahayakan sinar mentari. Jernihnya danau tersebut dan hijaunnya hutan yang mengelilinginya menjadikan area tersebut begitu menawan.

Berbagai sarana penunjang dan daya tarik alam Gunung Burangrang bukan hanya menjadi monopoli para penggiat alam bebas saja. Berbagai himpunan kegiatan mahasiswa, kegiatan Outbound, komunitas para penggila mobil 4WD, dan motor, adalah termasuk kelompok yang memanfaatkan kawasan dasar kaldera yang masuk jajaran hasil letusan Gunung Sunda Purba ini. Termasuk para pengunjung yang ingin sekedar menikmati alamnya saja sambil berkemah atau memancing,

Sulit bagi saya rasanya untuk membayangkan seberapa besar dan tinggi Gunung Sunda Purba dahulu sebelum meletus. Dari literatur yang pernah saya baca, Gunung Burangrang merupakan satu bagian dari jejeran pegunungan yang berjejer dari utara cekungan Bandung barat hingga ke timur yang terbentuk dari hasil letusan Gunung Sunda Purba di masa lampau yang kini menjadi Kaldera Sunda. Bagian lain dari Kaldera Sunda tersebut diantaranya Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Bukit Tunggul dan lembah-lembah di utara sesar Lembang. Yang sempat terlintas di pikiran saya, Gunung Sunda Purba tersebut juga merupakan gunung api raksasa.

Tantangan Menuju Puncak
Selepas camp pertama, jalur yang kami tempuh perlahan mulai menanjak. Jalan setapak di punggungan gunung yang kami tempuh semakin lama semakin terjal. Beberapa batuan yang menempel kuat di tanah dan batang serta ranting pohon merupakan benda-benda yang dapat membantu kami untuk naik ke atas. Jalur menanjak dan terjal diselingi beberapa jalur yang landai menjadi bagian dari perjalanan menuju puncak Gunung Burangrang.

Kira-kira 20 menit perjalanan selepas camp pertama, kami beritirahat sejenak di tanah datar yang tidak terlalu luas. Namun pemandangan yang disuguhkan sungguh menawan kami. Nampak di sisi kanan hamparan lembah yang menghijau oleh rimbunnya hutan. Keindahan tersebut semakin lengkap dengan adanya sebuah danau – Situ Lembang – yang terletak di tengah-tengah lembah.

Trek pendakian menuju puncak bayangan yang lebih terbuka membuat kami dapat dengan leluasa menikmati suasana sekelilingya. Bahkan ketika kami melewati jalur yang di sisi kanannya berupa tebing berbatu cadas, hamparan lembah yang menghijau dengan Situ Lembangnya yang berada jauh di bawahnya benar-benar menyuguhkan pemandangan yang menawan. Sedangkan di sisi lainnya hamparan sawah, perkebunan penduduk serta area di sekitarnya yang nampak terlihat jelas.

Sampai akhirya kami menemukan sebuah plakat semacam batu nisan untuk mengenang seorang teman dan sahabat penggiat alam bebas yang telah meninggal di kawasan ini. Plakat tersebut juga merupakan tanda bahwa kami telah sampai di puncak bayangan. Dari puncak bayangan ini kami dapat melihat sekelilingnya dengan jelas seperti lembah, Situ Lembang dan jejerang pegunungan lainnya.

Tidak sampai lima menit, dengan jalur sedikit landai kemudian menanjak, kami menginjakkan kaki di puncak gunung ini. Sebuah trianggulasi (bangunan penunjuk ketinggian daratan) berukuran tinggi 1,5 meter menjadi tanda tuntasnya kami menggapai puncak Gunung Burangrang. Waktu yang masih menunjukkan pukul satu siang dan cuaca yang cerah membuat pemandangan dari puncak gunung yang mempunyai ketinggian 2.048 mdpl ini sangat indah. Nampak jajaran bukit dan pegunungan yang menjadi bagian dari jajaran hasil letusan Gunung Sunda Purba. Keelokan sebuah gunung yang telah menjadi bagian dari legenda Sangkuriang, Gunung Tangkuban Perahu tidak jauh dari gunung Burangrang, turut membawa kami ke dalam khayalan cerita legenda tersebut. Hamparan kebun, sawah, desa, serta kota-kota disekitar Cisarua, Situ Lembang dan lembah yang menghijau menyatu menjadi sebuah lukisan alam yang sempurna.

Ditengah pesona keindahan alam tersebut kami menyantap perbekalan makanan yang telah kami bawa. Ini merupakan makan siang yang sangat nikmat kami rasakan. Dan tidak terasa hampir satu jam kami berada di puncak. Waktunya bagi kami untuk segera turun meninggalkan puncak Gunung Burangrang.

Untuk turun dari puncak Gunung Burangrang kami memilih jalur yang berbeda dengan jalur naik. Desa Legok Haji atau Desa Cisurupan, Kecamatan Cisarua, menjadi jalur pilihan kami untuk turun. Dari puncak Gunung Burangrang, kami langsung memilih jalur yang berlawanan ketika tiba.

Jalur yang menuju Desa Cisurupan akhirnya menjadi pilihan kami. Setelah menapaki jalan setapak diantara tanaman jenis semak dan ilalang kami memasuki kawasan yang sedikit ditumbuhi hutan Pinus. Perkebunan sayur dan perkampungan penduduk di Desa Cisurupan sudah nampak jelas di hadapan kami. Lima belas menit kemudian kami pun memasuki desa yang asri tersebut. Sebuah desa di kaki Gunung Burangrang yang menjadi penghasil aneka jenis bunga dan sayuran, akhirnya menjadi penutup perjalanan 3 hari kami untuk menggapai 3 puncak gunung di Jawa Barat. Bentangan alamnya yang memukau dan keindahan yang menggoda serta waktu yang relatif singkat untuk mencapai puncaknya (±3 jam), menjadikan Gunung Burangrang hingga kini tetap layak untuk dijelajahi. Akankah anda menunggu lagi?.


Senin, 12 Maret 2012

SEJARAH HARTOP LAND CRUISER

Toyota Land Cruiser adalah mobil Serbaguna atau Sport Utility Vehicle / SUV yang dibuat oleh Toyota Motor Corporation dari tahun 1951 sampai sekarang.
Toyota Land Cruiser dikembangkan oleh Toyota sejak tahun 1951 dan baru mulai diproduksi tahun 1954. Mobil ini sudah dibuat dalam berbagai bentuk, di antaranya dalam bentuk konvertibel, hardtop, station wagon, dan truk serbaguna. Land Cruiser terkenal dengan ketangguhannya di medan berat, tetapi sejak tahun 1990-an juga dibuat model yang mewah yang menjadi basis Lexus LX.
Sejak tahun 1980-an, secara umum ada 2 macam Land Cruiser yang berbeda yaitu model Station Wagon yang besar, dan model pekerja yang lebih kecil yang disebut Land Cruiser II yang di Jepang diberi nama Prado. Namun mulai tahun 1996 menjadi 3 macam yang berbeda karena Prado menjadi model tersendiri, dan Land Cruiser 70 Series tetap diproduksi sebagai mobil pekerja. Prado kemudian menjadi basis untuk Lexus GX. Sementara Land Cruiser Station Wagon yang menjadi basis Lexus LX merupakan jenis Land Cruiser yang paling banyak dan familiar dibandingkan Land Cruiser Prado dan 70 Series.

Toyota BJ dan FJ (1951-1955)
  • 1950 - Pecahnya Perang Korea menyebabkan kenaikan permintaan kendaraan militer. Pemerintah Amerika Serikat memesan 100 kendaraan dengan spek Willys dan Toyota diminta untuk membuatkan kendaraan ini.
  • 1951 - Prototipe mobil Toyota "Jeep" BJ mulai dikembangkan bulan Januari 1951. Jeep BJ ini ukurannya lebih besar dari aslinya yang dari Amerika dan menggunakan mesin bensin Tipe B 3.4L 6 silinder segaris yang menghasilkan tenaga 85 hp/3600 rpm dan torsi 215 Nm/1600 rpm. Berpenggerak 4 roda.
  • 1951 - Bulan Juli 1951, test driver Toyota Ichiro Taira mengendarai prototipe Jeep BJ ini sampai ke tingkat keenam Gunung Fuji, dan menjadi mobil pertama yang berhasil sampai tingkat ini. Tes ini juga dilihat oleh Badan Polisi Nasional Jepang (National Police Agency atau NPA). Terkesan dengan ketangguhan mobil ini, akhirnya NPA juga memesan 289 unit mobil ini untuk dijadikan mobil patroli resmi mereka.
  • 1953 - Produksi dari "Toyota Jeep BJ" dimulai di Pabrik Toyota Honsya dan Arakawa Bankin Kogyo KK (sekarang dikenal sebagai ARACO dan merupakan afiliasi dari Toyota Auto Body Co.).
  • 1954 - Nama "Land Cruiser" diciptakan oleh direktur teknik Hanji Umehara. "Di Inggris kami punya kompetitor lain: Land Rover. Saya harus buat sebuah nama yang bagus untuk mobil ini agar tidak dilecehkan oleh para kompetitor-kompetitor kita itu. Itu mengapa aku menamainya 'Land Cruiser'.Nama ini sebelumnya sudah dipakai untuk mobil Studebaker Land Cruiser di AS tahun 1934-1954 tapi hal itu takkan bermasalah.
  • 1954 - Mesin 3.9L Tipe F 125 hp ditambahkan untuk model chassis fire-engine.

20 & 30 Series (1954-1959)

  • 1955 - Generasi kedua mobil ini, 20 Series, diluncurkan. FJ20 series merupakan penyempurnaan dari BJ, didesain lebih menarik agar menarik minat rakyat sipil. Tetap menggunakan mesin 3.9L 6 silinder segaris Tipe F tapi tenaganya sudah meningkat, tapi tetap hanya menggunakan gearbox 3 percepatan. Mesin juga diletakkan 120 mm lebih maju daripada sebelumnya. FJ28 adalah versi medium wheelbase, dan dibuat dalam model Canvas Top dan Station Wagon. Model Pick-up juga diproduksi. Semua model tersebut berpenggerak 4 roda. Model station wagon dengan wheelbase panjang diberi model kode FJ35.
  • 1957 - Land Cruiser diimpor pertama kali ke Australia oleh B&D Motors dengan model FJ25/28.Mobil ini merupakan mobil pertama dari Jepang yang secara rutin diekspor ke negeri tersebut.
  • 1958 - Land Cruiser mulai diproduksi dengan versi station wagon. Mobil ini juga sudah mulai diproduksi di Brasil, menjadikan mobil ini adalah mobil pertama Toyota yang dibuat di luar Jepang. FJ25 wheelbase pendek tersedia dalam model Hardtop, Canvas Top, dan Personal Carrier.

40 Series (1960-1985)

  • 1960 - Toyota FJ40 diluncurkan. Menggunakan mesin 3.9L Tipe F dan tetap menggunakan gearbox 3 percepatan. Di Brazil, mobil ini dinamai Bandeirante dan memakai mesin diesel Mercedes-Benz berdaya 78 hp.
  • 1965 - Land Cruiser menjadi mobil Toyota paling laris di Amerika Serikat
  • 1968 - Land Cruiser terjual 100.000 unit
  • 1972 - Land Cruiser terjual 200.000 unit di seluruh dunia.
  • 1973 - Land Cruiser terjual 300.000 unit.
    Mesin diesel baru dengan jarak sumbu roda panjang diperkenalkan.
  • 1974 - Mesin baru diesel 4 segaris 3.0L B ditawarkan. Pengenalan mesin baru ini membuat penjualan Land Cruiser di Jepang meningkat tajam karena dikenai pajak lebih rendah daripada mesin 3.9L.
  • 1975 - Mesin 3.9L diganti dengan mesin berkapasitas lebih besar dan lebih bertenaga, 4.2L Tipe 2F.
  • 1976 - FJ40 di Amerika Serikat diberi tambahan rem cakram untuk bagian depan.
  • 1977 - Militer Irlandia memesan Toyota FJ45 sebanyak 77 unit. Meskipun tangguh, mobil ini ternyata gampang berkarat dan akhirnya harus dicat ulang.
  • 1978 - Land Cruiser BJ / FJ40 dan FJ55 mulai dijual di Jerman Barat.
  • 1979 - Power steering dan pendingin udara mulai dipasang di FJ40 untuk pertama kalinya. Mesin diesel di Jepang menjadi 3.2L Tipe 2B.
    Di beberapa negara, mesin diesel 3.6L Tipe H juga ditawarkan.
  • 1981 - Mesin diesel diganti menjadi 3.4L Tipe 3B dan mendapat rem cakram untuk roda depan.
  • 1983 - Land Cruiser FJ40 terakhir diimpor Toyota dari Jepang.
Terdiri dari model Hardtop, Canvas Top dengan short dan medium wheelbase, Pick-up dengan short dan long wheelbase, Station Wagon, serta Troopcarrier.

Tipe 55 / 56 (1967-1980)

  • 1967 - Land Cruiser dengan kode FJ55 mulai diproduksi. FJ55 merupakan Land Cruiser versi 4 pintu berbentuk station wagon atau Land Cruiser Commando. Ada 2 macam pintu belakang, yaitu buka kiri-kanan, dan atas-bawah. Mobil ini juga sebagai pengganti Land Cruiser FJ45V. Jarak sumbu rodanya mencapai 2710 mm dan didesain untuk pasar Amerika Utara dan Australia. Tahun 1975, mesin seri F diganti dengan 2F.
  • Model 56 hanya untuk pasar Jepang, menggunakan mesin 2F dan lampu belakang panjang vertikal.(1975-1980).

60 Series (1980-1989)

Toyota Land Cruiser FJ 60 tersedia mulai dari tahun 1981 sampai 1987. Mobil ini merupakan sebuah mobil empat pintu yang berkapasitas tempat duduk 5 sampai 7 penumpang. Mobil ini terkenal dengan kemampuan 4x4 nya yang handal.
  • 1980 - Land Cruiser 60 series diperkenalkan pada publik menggantikan Land cruiser 50 series. Meskipun masih terlihat karakter off-road seperti model-model Land Cruiser sebelumnya, tapi mobil ini lebih didesain untuk berkompetisi di pasar sport utility vehicle. Sudah dipasangi pendingin udara, pemanas belakang, dan interior yang semakin baik. Menggunakan pilihan mesin "2F" dari 40 series, ditambah mesin 6 silinder 4.0L 2H dan Mesin 4 silinder segaris 3.4L 3B diesel.
  • 1981 - Penjualan Land Cruiser mencapai 1 juta unit dan versi atap tinggi diluncurkan. Mobil ini juga diluncurkan di Afrika Selatan. Sebuah Land Cruiser juga tercatat menaklukkan alam Botswana dengan penyelenggaraan Lomba Gurun Toyota 1000 kilometer.
  • 1984 - Tahun ini merupakan tahun terakhir untuk Land Cruiser 40
  • 1984 - Selain 60, Toyota Land Cruiser 70 Series diluncurkan.
  • 1985 - Mesin turbodiesel 12H-T dan 13B-T diluncurkan.
  • 1988 - Mesin bensin Land Cruiser diganti menjadi 4.0L 3F-E EFI. Land Cruiser seri FJ62G VX diperkenalkan di Jepang untuk pasaran mobil penumpang.